“Legenda Malin Kundang dan Pantai Air Manis”
Begitu banyak folklore lisan yang ada di Indonesia, tetapi entah kenapa saya tertarik dengan salah satu folklore lisan dari provinsi sumatera barat yaitu legenda malin kundang. Saya yakin legenda ini bukan hanya dikenal oleh masyarakat sekitar saja namun sudah akrab dengan telinga masyarakat dari luar sumatera barat. Banyak faktor yang telah membuat salah satu folklore lisan Indonesia ini begitu terkenal, salah satunya karena legenda malin kundang pernah di filmkan. Walaupun masyarakat sadar bahwa ceritanya menjadi berbeda, tetapi pada intinya tujuan dan pesan moral yang disampaikan film sama dengan legenda aslinya. Itu mengapa melalui film tersebut legenda ini menjadi terkenal bukan hanya di Indonesia bahkan mendunia. Sebelum melihat hubungan alam antara pantai air manis dengan legenda malin kundang ini, saya akan menceritakan kembali legendanya. Dari berbagai macam versi yang sudah ada, saya akan menceritakan kisah ini sesuai dengan yang pernah saya dengar dari cerita orang tua terdahulu.
Dahulu di sebuah desa terpencil hiduplah keluarga nelayan yang tinggal di pesisir pantai wilayah sumatera barat. Menyadari akan kondisi keuangan keluarga yang sangat memprihatinkan, maka sang ayah memutuskan untuk mencari nafkah di negeri seberang dengan mengarungi lautan yang luas. Namun entah kenapa ayah malin tidak pernah kembali ke kampung halamannya, sehingga ibunya lah yang terpaksa harus menggantikan posisi ayah malin untuk mencari nafkah. Malin adalah anak yang cerdas walapun memang dia sedikit nakal, salah satu kenakalannya adalah malin sering mengejar ayam dan memukulnya dengan sapu. Suatu hari ketika Malin sedang mengejar ayam, malin tersandung dan langsung terjatuh hingga membuat lengan kanannya luka terkena batu. Luka tersebut menjadi berbekas dilengannya dan tidak bisa hilang.
Saat beranjak remaja, malin sudah mulai menyadari sebagai anak laki-laki dia merasa kasihan melihat ibunya yang banting tulang mencari nafkah untuk membesarkan dirinya. Akhirnya malin memutuskan untuk pergi merantau agar dapat menjadi kaya raya jika kembali ke kampung halamannya kelak. Awalnya Ibu malin kundang tidak setuju, karena mengingat suaminya yang hingga malin remaja tidak pernah kembali lagi setelah pergi merantau. Namun malin tetap bersikeras sehingga akhirnya ibu malin rela melepas kepergian anaknya merantau dengan menumpang kapal seorang saudagar. Dan setelah itu ibu tinggal sendiri, kesehariannya pun berubah. Ibu malin menjadi sering datang ke dermaga, karena berharap anaknya cepat kembali pulang. Selama berada di kapal, malin tidak mau membuang waktunya hanya untuk bersantai ataupun sekedar membantu-bantu saja. Malin banyak belajar tentang ilmu pelayaran pada anak buah kapal yang sudah berpengalaman. Di tengah perjalanan kapal yang di tumpangi malin ini di serang oleh bajak laut. Semua barang dagangan para pedagang yang berada di kapal dirampas oleh pembajak tersebut. Bahkan sebagian besar awak kapal dan orang yang berada di kapal tersebut dibunuh oleh para bajak laut. Malin Kundang beruntung, dia sempat bersembunyi di sebuah ruang kecil yang tertutup oleh kayu sehingga tidak dibunuh oleh para bajak laut.
Setelah sekian lama kapal terkatung-katung ditengah laut, akhirnya kapal yang ditumpanginya terdampar di sebuah pantai. Dengan tenaga yang tersisa tersebut, Malin Kundang berjalan menuju desa terdekat dari pantai. Beruntungnya malin, karena desa tempat dia terdampar adalah desa yang sangat subur. Dengan ilmu yang malin dapatkan saat berlayar serta keuletan dan kegigihannya dalam bekerja, Malin Kundang pun berhasil menjadi seorang yang kaya raya hingga memiliki banyak kapal dagang dengan anak buah yang jumlahnya lebih dari 100 orang. Setelah menjadi kaya raya, Malin Kundang mempersunting seorang gadis untuk menjadi istrinya. Setelah menikah, malin dan istrinya melakukan pelayaran disertai anak buah kapal serta pengawalnya yang banyak tersebut. Ternyata kapal tersebut berlayar ke kampung halaman Malin Kundang, ibu malin yang memang sejak kepergian anaknya selalu mendatangi dermaga tiba-tiba saja merasa begitu senang karena dia melihat ada dua orang yang sedang berdiri di atas geladak kapal. Dia yakin kalau lelaki yang sedang berdiri itu adalah anaknya Malin Kundang dan menantunya. Ibu malin pun menuju ke arah kapal. Setelah cukup dekat, ibunya melihat bekas luka yang ada dilengan kanan orang tersebut, semakin yakinlah ibunya bahwa yang dia dekati memang benar Malin Kundang. Ibu berkata "Malin Kundang, anakku. Mengapa kau pergi begitu lama tanpa mengirimkan kabar?", katanya sambil memeluk Malin Kundang. Tetapi melihat wanita tua yang berpakaian lusuh dan kotor memeluknya, Malin Kundang menjadi marah. Meskipun malin mengetahui bahwa wanita tua itu adalah ibunya, tetapi dia malu bila hal tersebut diketahui oleh istri dan juga anak buahnya. Mendapat perlakuan seperti itu dari anaknya, ibu Malin Kundang sangat marah. Dia tidak menduga anaknya menjadi anak durhaka setelah kaya raya. Karena penghinaan dari anaknya itulah yang membuat kemarahan ibu malin memuncak dan membuat sumpah serapah untuk anaknya tersebut, "Oh Tuhan, kalau memang benar dia anakku, aku sumpahi dia menjadi sebuah batu !! ". pada saat bersamaan langit menjadi gelap dan angin kencang mengarahkan air laut menghempas batu karang dengan keras, hati malin kundang bergetar ketakutan dan tanpa sadar dia langsung bersujud ke kaki sang ibu untuk meminta maaf. Tetapi semua sudah terlambat, dan benar akhirnya badan Malin Kundang seketika saja berubah perlahan menjadi batu.
Setelah legenda yang sudah saya ceritakan tersebut, selanjutnya saya akan menceritakan gambaran umum tentang pantai air manis yang terletak di Distrik Selatan Kota Padang, dan dapat dicapai dengan perjalanan darat sekitar 30 menit dari pusat kota. Pantai air manis ini adalah salah satu objek wisata yang sangat populer terutama pada masa liburan, kawasan ini tumpah oleh ribuan pengunjung. Apalagi pada liburan hari raya Idul Fitri, ketika perantau Minang pulang kampung. Bagi banyak pengunjung, pohon-pohon pinus yang rimbun menambah keasrian dan menjadikan alasan tersendiri mengapa Pantai Air Manis dijadikan sebagai tujuan utama. Belum lagi lokasi Pulau Pisang yang bisa dijangkau dengan berjalan kaki ketika air laut sedang surut. Pulau Pisang kecil yang berada tidak jauh dari Tepian Pantai Air Manis. Pulau yang tak begitu luas tersebut, bisa dijadikan tempat peristirahatan sejenak sambil menikmati suasana sekitar pantai. Pulau Pisang kecil dihiasi dengan pohon jambu kaliang yang bisa dinikmati para pengunjung dengan gratis. Tapi ada yang perlu di ingat bagi wisatawan yang berkunjung jangan terlalu lama menikmati suasana di pulau pisang tersebut karena selang beberapa jam, air akan kembali pasang secara berangsur-angsur naik seperti sediakala sehingga akses kembali ke pantai tidak dapat ditempuh dengan berjalan kaki dan harus menggunakan kapal.
Daya tarik lainnya dari pantai air manis adalah wisatawan dapat melihat atlet paralayang pada waktu-waktu tertentu yang sedang berlatih, para atlet tersebut menerbangkan paralayangnya dari puncak Bukit Gado-Gado dan akan mendarat di sekitar pantai. Terkadang kalangan muda di kota padang memanfaatkan pantai air manis ini sebagai tempat perkemahan. Bagi para peselancar, debur ombak yang bergulung di daerah tersebut juga dimanfaatkan untuk berselancar. Dan dari Kawasan Gunung Padang pun, para wisatawan dapat menempuh Pantai Air Manis dengan berjalan kaki. Memang jalur tersebut cukup melelahkan tapi memberikan pengalaman berpetualang yang menyenangkan dan bebeda tentunya. Disekitar kawasan wisata alam ini sejumlah penginapan (Homestay) bisa dengan mudah ditemui. Namun akses ke kawasan Pantai Air Manis ini adalah berbukit curam, dengan tikungan yang agak tajam dan di sisi kiri ataupun sisi kanannya masih di tumbuhi rumput liar. Ukuran jalannya yang sempit dan hanya mampu di lalui untuk satu mobil ini membuat sulit wisatawan melakukan perjalanan. Tidak ada karcis atau tiket yang diberikan saat berkunjung ke pantai ini, itu dikarenakan hanya warga sekitar yang mengelola kawasan wisata tersebut.
Alasan utama bagi para wisatawan mau berkunjung ke pantai ini adalah untuk melihat bukti fisik yang di rasa akan lebih memperkaya pengalaman batin setelah menonton atau membaca hikayatnya. Pada lokasi berukuran sekitar 40 meter x 20 meter itulah di rekonstruksi sebentuk patung manusia dalam posisi sujud. Dan di sekelilingnya terdapat struktur beton buatan yang menyerupai bangkai kapal di bentuk lengkap dengan drum, tambang kapal, dan dinding haluan serta buritan yang seolah terkoyak. Bagian haluan kapal digambarkan seolah menabrak pantai dengan moncong terkoyak mengarah ke daratan, sementara bagian buritannya seolah masih menantang ganasnya samudera.
Oleh masyarakat Minangkabau, legenda ini dianggap benar-benar terjadi di suatu waktu dan di suatu tempat. Apabila ada seorang anak ‘melawan’ kepada orang tuanya, maka dia akan diingatkan kepada kisah si Malin Kundang yang telah menjadi batu karena durhaka kepada orang tua. Sebagai legenda, cerita Malin Kundang terdiri atas ‘subjek’, yaitu teks dan benda yang diacu oleh teks tersebut, yaitu berupa adanya sebentuk manusia dengan kapalnya yang menjadi batu terletak di Pantai Air Manis. Antara benda yang diacu dengan teks cerita mempunyai hubungan yang sangat erat, karena keeratan hubungan itu mengapa menurut saya batu Malin Kundang tidak akan bermakna tanpa adanya teks cerita Malin Kundang. Sebaliknya, teks cerita akan tetap bermakna tanpa adanya benda yang diacu, yakni batu yang diberi nama Batu Malin Kundang tersebut.
Terlepas dari legenda yang sudah saya ceritakan tersebut, semua orang tahu akan keberadaan seonggok kapal dan sebuah batu tertelungkup menyerupai manusia yang terdampar di pantai air manis itu menjadi semacam tanda atau bukti bahwa Malin Kundang bukan hanya sekedar legenda. Namun soal kebenaran kisah ini tentunya di serahkan lagi kepada pribadi masing-masing masyarakatnya. Menurut pribadi saya yang terpenting dari legenda ini adalah pesan moral yang terkandung di dalamnya, yang memberitahukan bahwa kita harus menghormati orang tua.
Seperti yang sudah dikatakan di atas, bahwa batu Malin Kundang yang berada di pantai air manis tidak akan bermakna tanpa adanya teks cerita Malin Kundang. Kisah tersebut lah yang membuat pantai ini menjadi lokasi wisata favorit yang ada di Padang. Legenda Malin Kundang akan menyapa wisatawan saat mereka baru menginjakan kakinya di pasir berwarna cokelat keputihan tersebut, itu karena terlihatnya seonggok batu dan relief dari kisah Malin kundang yang mereka sudah dengar menghiasi kawasan wisata alam ini. Bekas kapal dan sebentuk Malin Kundang yang telah menjadi batu itu sekarang sangat memprihatinkan, karena adanya bagian-bagian situs yang dibentuk ulang atau direkayasa dengan bebatuan dan semen. Inilah yang membuat situs ini tidak terasa asli dan di sekitar lokasi wisata menjadi tidak terasa alami sehingga menghilangkan kesan menarik dan kesan misteriusnya. Jika terus tidak diperhatikan dan tidak di jaga kelestariannya besar kemungkinan situs ini akan hilang di makan jaman dan mungkin hanya akan tersisa legendanya saja. Semua orang tentu berharap kawasan wisata pantai air manis yang sudah terlanjur terkenal hikayatnya ini bisa semegah legendanya yang sudah mendunia.
Riyani Asti Arami
4423107019
UAS Tradisi Etnik Nusantara
sumber
http://www.wartakotalive.com/mobile/detil/73790
http://www.indonesiabox.com/pantai-air-manis/
http://mlancong.com/wisata-alam/wisata-alam-pantai/466-legenda-malin-kundang-di-pantai-air-manis-padang.html
http://getlostinminangland.blogspot.com/2011/04/pantai-air-manis-dan-legenda-malin.html
http://www.pantai.org/sumatra/pantai-air-manis-legenda-malin-kundang-sumatra-barat
0 Response to "Relasi Alam dengan Folklore Lisan pada Masyarakat"
Posting Komentar