Legenda Misteri Manusia Aneh Dari Sulawesi Selatan “ POPPO “


Poppo mendengar Nama ini disebut tentulah akan terasa asing bagi siapa saja, apalagi kalau belum pernah berkunjung ke Palopo dan daerah-daerah sekitar Sulawesi Selatan, atau berteman dengan Orang Sulawesi Selatan  yang kemudian berceritra , Poppo sebagaimana di yakini oleh Warga Bugis Luwu pada jaman dahulu kala  adalah manusia biasa yang karena salah dalam menerima Ilmu oppo’ adalah Manusia Tanpa Badan yang Diyakini ada pada Masyarakat Sulawesi Selatan.. Popo’ Menurut mereka adalah Sosok Manusia tanpa kepala yang menurut masyarakat banyak berada didaerah sekitar pangkep, Jeneponto atau daerah suku Bugis. sosok ini muncul akibat seseorang yang ingin mendapat ilmu untuk cepat kaya.. tapi mengalami kesalahan dalam menjalani ritual dan doyan memakan jantung atau hati dari bayi yang baru lahir.
Kalau Saya menulis Kata Poppo, tentulah banyak diantara kita akan bertanya-tanya dalam hati apa gerangan maksud kata ini ? untuk itu saya sandingkan dengan Kata Leak yang sudah lama dikenal oleh Masyarakat Bali dan sudah banyak di tulis oleh para penulis di Blog maupun media lainnya. Legenda ini sudah ada sejak jaman kerajaan di Luwu ( Sulawesi Selatan )



Menurut mereka Poppo takut pada Bawang merah, merica, dan parang panjang masyarakat sulawesi selatan biasanya membakar dupa berupa kulit bawang putih atau kulit bawang merah serta mendidihkan air pada saat menjelang kelahiran bayi mereka untuk menghindari kehadiran dari mahluk ini.
Legenda atau cerita tentang Poppo telah ada sejak ratusan tahun yang lalu dan sampai saat ini masih berakar kuat di dalam hati penduduk Luwu tak tergerus oleh arus modernisasi dan globalisasi, Ilmu Hitam yang kemudian di kenal dengan sebutan ” Poppo ”   dapat dikatakan penyakit menular yang berakibat fatal bagi seluruh keluarga penganut Ilmu hitam karena akan menularkan kepada anggota keluarga satu turunan garis lurus kebawa ( Ayah kepada anaknya, selanjutnya anak kepada cucu ), tanpa dia sadari dan ketahui, lebih sadis lagi karena Ilmu hitam ini dapat berakibat kematian bagi korbannya (orang ) dalam jangka waktu singkat bisa juga secara perlahan-lahan  tanpa disadari oleh Poppo dan orang yang di gigit atau dimakan  ( soal digigt atau dimakan ini hanyalah upaya menjelaskan saja cara kerja Poppo untuk menghabisi mangsanya ).
Sebagaimana yang saya kisahkan diatas bahwa Poppo adalah manusia biasa yang karena Ilmu Hitam sehingga dia bertindak Kanibalisme, yang lebih membuat penasaran kematian Korban yang dilakukan  oleh Poppo tidak dapat di buktikan atau meninggalkan jejak yang dapat dijadikan petunjuk dalam penyelidikan karena menggunakan Ilmu Hitan.

Sahibul hikayat ( Cerita dari Nenek Moyang yang turun temurun dan sudah di yakini keberadaannya) dalam masyarakat Palopo .Kenapa saya mempersempit daerah tempat kisah ini bermuara  dengan menyebutkan Palopo karena penulis berasal dari daerah ini. Sebagaimana yang saya ketahui Poppo berasal dari Ilmu Hitam dan penangkalnya adalah Ilmu yang beraliran Putih, Ilmu Hitam mengakibatkan kemalangan dan penderitaan bagi penganutnya dan kematian bagi korbannya.

Kebiasaan yang tak pernah berubah  Poppo akan keluar dan menjalankan aktivitas-nya pada malam hari, saat orang-orang di Desa akan beranjak ke pembaringan. Sebelum merobah penampilan Poppo adalah manusia biasa baik bentuk, prilaku serta kebiasaan tak ada yang berbeda dengan manusia normal, hanya mereka akan selalu berdomisili di daerah-daerah yang agak terpencil disekitar Desa atau Kota dengan bermata pencaharian sebagai petani atau nelayan ). Yang menakjubkan menurut hikayat yang diceritrakan oleh orang tua saya keturunan ( anak-anak perempuan dari Poppo pada Umum-Nya cantik-cantik dan menawan hati, saya akan ceritrakan dalam bagian lain )

Jelang perubahan wujud menjadi Poppo manusia tadi akan naik keatas bubungan rumahnya ( Lantai dua  atau ditempat ketinggian) yang letaknya paling terdepan dari rumah setelah mengeluarkan sebagian perutnya dan menyimpan di tempat yang telah disiapkan Poppo melompat dan terbang membumbung keangkasa dengan mengeluarkan suara Pok..pok..pok..pok sepanjang angkasa yang dilewatinya, kadang terdengar keras dan jelas namun sering pula pelan dan hampir sayup-sayup inilah yang menyebabkan mengapa mahluk ini dinamai Poppo. Kepergian Poppo tadi bermaksud untuk mencari buah-buahan atau ikan dilaut, terbang melewati perkampungan dan Desa sekitarnya bila di Kampung yang dilewatinya terdapat bayi atau orang yang sedang sakit, maka naluri ilmu hitam untuk memangsa manusia muncul terangsang oleh bau bayi atau amis dari orang yang sedang sakit, maka Poppo dengan caranya akan menghisap sebagian darah korbannya dan meninggalkan serum Ilmu hitam didalam tubuh korban yang dapai menimbulkan kematian.
Setelah jelang subuh saat kokok ayam terdengar lamat-lamat Poppo akan bergegas pulang untuk menghindari matahari pagi yang akan memantulkan sinarnya ke bumi tak beda jauh dengan kehidupan Vampire di Film Dracula yang sering kita saksikan di layar lebar atau TV Poppo adalah penghisap darah. mereka juga meyakini poppo sering mengambil rejeki dari rumah yang didatanginya. sehingga rumah tersebut tidak akan pernah berkecukupan. tapi Rumah yang didalamnya sering dibacakan ayat-ayat suci alquran tidak akan pernah didatangi oleh mahluk ini (dari berbagai Sumber)

Poppo’ atau ada juga yang menyebutnya Peppo’ menurut kepercayaan orang di tanah bugis adalah sejenis siluman perempuan yang bisa terbang. Ada sebuah kisah tentang poppo yang konon pernah terjadi di sebuah kampung. Suatu hari, Puang Imang bersama semua keluarganya meninggalkan rumahnya karena seorang keluarganya mengadakan pesta pernikahan di daerah lain. Malam harinya, rumah Puang Imang dimasuki oleh poppo yang, sekali lagi, konon ingin mencuri. Setelah barang-barang yang mau dibawa pergi telah dibungkus dengan sarung, poppo itu tak bisa keluar dari rumah Puang Imang. Katanya, menurut pengakuan poppo itu, ia melihat dirinya dikepung air seperti laut yang tak memiliki pantai.
Setelah Puang Imang kembali, ia menemukan poppo telah berubah wujud menjadi seorang perempuan cantik berambut panjang telanjang berdiri di ruang tengah rumahnya. Ternyata rumah Puang Imang, sebelum ditinggalkan, telah disappo (dipagari) dengan baca-baca (mantera) sehingga poppo itu tak bisa keluar. Poppo itu kemudian diberi sehelai pakaian oleh istri Puang Imang dan dibiarkan pergi. Namun sebelumnya untuk membuat perempuan itu jera,
Poppo menurut kepercayaan orang bugis selain dikenal sebagai hantu pencuri juga suka mengisap darah, utamanya perempuan yang sedang melahirkan. Poppo dipercaya juga suka berada di kebun jagung atau kebun di mana banyak buah-buahan. Kesukaan poppo berada di pohon yang berbuah itu kadang digunakan oleh orang (yang berani) di musim mangga berbuah. Poppo yang ‘hinggap’ di cabang pohon mangga akan menjatuhkan buah-buah mangga matang.
Tentang parakang, selain suka mengisap anus orang sakit ada beberapa hal menarik lainnya. Jika seorang parakang sedang sekarat menghadapi sakratul maut, ia akan tarus mengulang-ulang kata  
emba (pindah) sampai ada seorang dari keluarganya yang mengiyakannya. Setelah itu, orang yang mengiyakan itu akan menjadi parakang selanjutnya. Jika menemukan parakang, misalnya dengan wujud pohon pisang, orang dianjurkan untuk memukulnya sekali atau tiga kali saja. Jika sekali pukul dipercaya akan membunuhnya dan tiga kali akan membuatnya cacat. Itulah mengapa perempuan tetangga saya yang pindah itu dianggap parakang karena berjalan seperti orang dengan lutut kesakitan. Menurut orang-orang, suatu malam, perempuan itu tertangkap basah berwujud kambing dan dipukul dengan potongan kayu dilututnya sebanyak tiga kali. Sejak saat itulah ia berjalan dengan cara yang aneh. Dua hantu itu, parakang dan poppo adalah hantu paling populer di kampung kami. Saking populernya sewaktu saya masih anak-anak Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila atau P4 kami plesetkan menjadi poppo, parakang pakkanre pello (poppo, parakang pemakan rektum).
Poppo dan Parakang bagi orang bugis dipercayai adalah semacam hukuman turun temurun akibat kesalahan atau pelanggaran nenek moyangnya sehubungan dengan ilmu hitam yang dipelajarinya di masa lampau.
 
Kisah Tentang Poppo
Sekitar tiga tahun lalu, seorang kawan berniat menyusun skripsinya mengenai Poppo’1. Hingga meraih keserjanaannya niat ini tak kesampaian. Ia tak meneruskannya dikarenakan sang pembimbing tak merestui niat tersebut. Padahal ide ini sangat menarik. Pertama, ide ini di luar dari karya-karya mainstream yang dihasilkan di jurusan kami, kedua tantangan untuk bersentuhan langsung dengan mereka yang di kepala orang-orang yang meyakininya sebagai suatu ancaman.

Kemarin, kami berkunjung kerumahnya yang terletak di kelurahan pekabattae kabupaten Pinrang. Kisah tentang poppo’ ini berlanjut lagi setelah seorang kawan bertanya padanya tentang hal tersebut. Saya sendiri mengenal kata ini sewaktu kecil. Poppo’ kerap diceritakan sebagai orang-orang yang memiliki kemampuan memakan hati manusia dengan jalan menghisapnya melalui dubur. Biasanya korban mereka adalah anak bayi. Ketika berpindah ke Sulawesi Tenggara, saya juga mendengarkan kisah serupa dari seorang kawan yang beretnis Bugis2. Cerita ini dikisahkan di beberapa tempat sebagai horor yang menakutkan.

Terdapat cerita populer tentang asal kejadian Poppo’. Menurut kawan saya, seseorang menjadi Poppo’ karena diwariskan oleh orang tua mereka3. Menurutnya, dalam satu keluarga biasanya terdapat satu anak yang mewarisi hal tersebut. Dalam kesehariannya Poppo’ tak berbeda dengan manusia lainnya, mereka juga berpenampilan seperti yang lain, seperti shalat di masjid dan bergaul bersama. Masyarakat di luar mereka juga tetap menghadiri acara-acara yang diadakan mereka. Begitu pun menyangkut partisipasi politik, mereka juga tidak dipinggirkan4.

Berdasarkan pernyataan teman saya, Poppo’ tak dapat dikenali secara kasat mata kecuali orang-orang yang memiiki kemampuan atau ilmu tertentu. Dari informasinya, seorang bidan bisa mengenali bayi yang mewarisi darah Poppo’ dengan melihat ciri-ciri tertentu pada saat ia lahir. Kawan saya tak tahu apa yang dilihat oleh bidan tersebut. Katanya itu adalah pengetahuan khusus yang dimiliki sang bidan setelah sekian lama membantu proses kelahiran.Sayangnya, saya tak menyempatkan diri menemui bidan tersebut.

Masyarakat membangun pengetahuan dan strategi untuk menghadapi Poppo’ seperti melemparkan garam pada mereka. Kata kawan saya garam membuat mereka kesakitan dan tak berani untuk masuk kerumah “menyerang’ calon korban mereka. Bawang merah yang ditaruh di bawah bantal juga diyakini sebagai cara agar Poppo’ tak dapat mendekati calon korbannya. Penggunaan bawang ini juga kerap kita saksikan pada film-film mengenai vampir baik yang berkembang di barat maupun di daratan Cina.

Keluarga orang-orang yang menjadi korban tak mau menyebarkan bahwa mereka mati karena poppo. Hal ini disebabkan aib. Termasuk juga menikahi
Dari perkataan kawan saya masyarakat diluar mereka tak melakukaan pernikahan dengan mereka. Orang-orang yang menikah dengan mereka hanyalah orang-orang luar. Hal ini juga dikuatirkan akan menjangkiti pasangan. Terdapat beberapa kasusu para keluarga melarang anak-anak mereka menikahi....

Jika di barat vampire dapat menyebakan korbannya berubah menjadi vampir dengan satu gigitan. Poppo di dapat ditularkan melalui lewat kutu dan ulat.

Dari kisah ini, saya mencurigai Poppo’ itu sebagai strategi kuasa, sebagaimana dibahasakan Foucault, yang bekerja dengan cara mengeksklusi (peminggiran) pihak-pihak tertentu. Kemungkinan Poppo ini sarat dengan muatan politis, apalagi di tahun-tahun tersebut penuh gejolak-gejolak ketidakpuasan terhadap. Kemungkinan lainnya Poppo’ bisa jadi sejenis gejala psikis dan medis, melihat bahwa mereka yang digolongkan sebagai Poppo’ hanya bereaksi pada saat-saat tertentu, dengan perilaku yang tak sadarkan diri, ditambah mereka yang menjadi Poppo adalah keturunan dari orang tua mereka sangat ditentukan oleh faktor genetis. Sisi kemungkinan lainnya, poppo’ diciptakan sebagai.... Alhasil, saya tidak ingin menarik kesimpulan dari data-data yang belumlah dan masih perlunya studi-studi mendalam termasuk sejarah di tahun-tahun tersebut.

Mungkin sebahagian dari kita tidak mempercayai tentang Poppo’, tetapi yang jelas, hingga hari ini kisah tentang poppo’ masih berkembang dalam masyarakat khususnya di tanah kelahiran kawan saya. Saya berharap suatu saat bisa bertemu dan bercengkerama dengan mereka yang diyakini sebagai poppo ‘.

Catatan:
­- terdapat 2 rumpun keluarga yang dianggap poppo
- para poppo juga memiliki cara untuk berdamai dengan lingkungan di mana mereka tinggal dengan mengunci diri di kamar mandi jika naluri poppo mereka muncul.

Tetapi sekarang keberdaan poppo sudah tidak dipercayai lagi oleh suku bugis, karena mereka hanya percaya bahwa legenda misteri poppo manusia tanpa kepala itu adalah hanya sebuah mitos.

Tiara Oktaviama 
4423107047
Pariwisata 2010
Universitas Negeri Jakarta





0 Response to " "

Posting Komentar