Aditya Prabowo Raharjo 4423107027
Ujian Akhir Semester “Tradisi Etnik Nusantara”
Relasi alam dengan Folklore lisan pada masyarakat

Cerita di balik Pesona Tangkuban Perahu


Siapa sih yang tidak tahu Tangkuban Perahu ataupun belum pernah mengunjungi gunung ini dengan pemandangan nya yang indah? Apalagi bagi traveller yang sering sekali jalan-jalan, tempat ini merupakan tempat wisata yang paling sering dikunjungi oleh wisatawan domestik maupun mancanegara. Berikut ini sedikit ulasan menarik tentang di balik pesona Tangkuban Perahu. Gunung Tangkuban Parahu atau Gunung Tangkuban Perahu adalah salah satu gunung yang terletak di provinsi Jawa Barat, Indonesia. Sekitar 20 km ke arah utara Kota Bandung, dengan rimbun pohon pinus dan hamparan kebun teh di sekitarnya, gunung Tangkuban Parahu mempunyai ketinggian setinggi 2.084 meter. Bentuk gunung ini adalah Stratovulcano dengan pusat erupsi yang berpindah dari timur ke barat. Jenis batuan yang dikeluarkan melalui letusan kebanyakan adalah lava dan sulfur, mineral yang dikeluarkan adalah sulfur belerang, mineral yang dikeluarkan saat gunung tidak aktif adalah uap belerang. Daerah Gunung Tangkuban Perahu dikelola oleh Perum Perhutanan. Suhu rata-rata hariannya adalah 17’C pada siang hari dan 2‘C pada malam hari. Gunung Tangkuban Parahu mempunyai kawasan hutan Dipterokarp Bukit, hutan Dipterokarp Atas, hutan Montane, dan Hutan Ericaceous atau hutan gunung.

Legenda rakyat setempat
Asal-usul Gunung Tangkuban Parahu dikaitkan dengan legenda Sangkuriang, yang dikisahkan jatuh cinta kepada ibunya, Dayang Sumbi. Untuk menggagalkan niat anaknya menikahinya, Dayang Sumbi mengajukan syarat supaya Sangkuriang membuat perahu dalam semalam. Ketika usahanya gagal, Sangkuriang marah dan menendang perahu itu, sehingga mendarat dalam keadaan terbalik. Perahu inilah yang kemudian membentuk Gunung Tangkuban Parahu. Gunung Tangkuban Parahu ini termasuk gunung api aktif yang statusnya diawasi terus oleh Direktorat Vulkanologi Indonesia. Beberapa kawahnya masih menunjukkan tanda tanda keaktifan gunung ini. Di antara tanda gunung berapi ini adalah munculnya gas belerang dan sumber-sumber air panas di kaki gunung nya di antaranya adalah di kasawan Ciater, Subang. Keberadaan gunung ini serta bentuk topografi Bandung yang berupa cekungan dengan bukit dan gunung di setiap sisinya menguatkan teori keberadaan sebuah telaga (kawah) besar yang kini merupakan kawasan Bandung. Diyakini oleh para ahli geologi bahwa kawasan dataran tinggi Bandung dengan ketinggian kurang lebih 709 m diatas permukaan laut merupakan sisa dari letusan gunung api purba yang dikenal sebagai Gunung Sunda dan Gunung Tangkuban Parahu merupakan sisa Gunung Sunda purba yang masih aktif. Fenomena seperti ini dapat dilihat pada Gunung Krakatau di Selat Sunda dan kawasan Ngorongoro di Tanzania, Afrika. Sehingga legenda Sangkuriang yang merupakan cerita masyarakat kawasan itu diyakini merupakan sebuah dokumentasi masyarakat kawasan Gunung sunda purba terhadap peristiwa pada saat itu.

Asal – Usul Gunung Tangkuban Perahu
Gunung Tangkuban Perahu terbentuk dari aktivitas letusan yang paling muda di antara jajaran/ kompleks Gunung Api Sunda Purba dengan type letusan Strato/ berlapis , sekitar 3000 tahun yang lalu. Dari gunung Sunda Purba (dengan ukuran yang lebih besar) kemudian Terbentuklah 3 tiga gunung api baru, yaitu : Gunung Sunda (Baru) , Gunung Tangkuban Perahu. Gunung Burangrang dan Pada Fase terakhir sekitar 2000 tahun yang lalu terbentuklah dasar batuan Sedimen neogen / endapan batu bara. Bagian sisa kawah (Kaldera) gunung Sunda Purbamasih terdapat di antara Gunung Burangrang dan Tangkuban Perahu. Sedangkan Danau atau Situ. Lembang masih merupakan salah satu bagian dari dasar kawah gunung Sunda Purba itu sendiri. Peristiwa runtuhan ini terjadi pada dua tahap, yaitu:
1. Terjadinya patahan di Lembang sekitar + 3000 tahun yang lalu.
2. Runtuhnya bagian puncak di sebelah Utara, kemudian muncullah kegiatan gunung Tangkuban Perahu di sebelah Timur yang merupakan sisa kawah Kaldera gunung Sunda (+ 2000 tahun yang lalu). Dalam perkembangannya membentuk tubuh gunung dengan puncak gunung api yang memanjang. Bentuk tubuh yang memanjang disebabkan oleh adanya tempat perpindahan titik letusan yang memanjang + 1100 m dengan arah timur dan barat. Hal ini dapat ditunjukkan dengan adanya sisa – sisa tepi kawah yang lama yang mendirikan adanya gerakan atau perpindahan aktifitas puncak. Pada waktu yang bersamaan terbentuk pula mata air panas Ciater dan Maribaya. Perpindahan aktifitas puncak yang membentang dari timur ke barat, maka apabila dilihat dari arah Selatan (kota Bandung) maka tampak seperti trapesium atau seperti perahu yang terbalik (Bahasa Sunda) perahu nangkub = Tangkuban Perahu. Keadaan/aktifitas gunung Tangkuban Perahu Sampai saat ini adalah dalam keadaan aktif dan normal. Dengan suhu permukaan kawah 96 ’ C s/d 98 ’ C dengan kondisi asap berwarna putih tipis. setelah kira – kira 3 bulan yang lalu Gunung Tangkuban Perahu dinyatakan statusnya ”WASPADA”,dengan ketinggian antara 5 – 15 m dari permukaan (kawah Baru, Ratu, Domas). Dalam masyarakat setempat (Sunda), terbentuknya Gunung Tangkuban Perahu tidak lepas dengan legenda Sangkuriang.



Legenda Sangkuriang 
Pada jaman dahulu kala ada seorang maha raja yang bernama Sungging Purbang kara dari kerajaan Galuh Pakuan pergi berburu ke hutan larangan dengan diiringi bala Punggawa kerajaan. Konon dalam perburuannya sang raja sempat membuang air kecil ke tampar tanpa sengaja air seninya tergenang di sebuah belahan tempurung kelapa yang tergeletak di tanah. Saat itu seekor babi hutan betina lari terbirit–birit karena ketakutan dikejar-kejar para penggawa yang akhirnya bersembunyi dekat genangan air kencing sang raja yang terkenal kesaktiannya itu. Karena babi betina yang merupakan jelmaan dari seorang pertapa cantik (yang dikutuk menjadi seekor babi hutan oleh gurunya karena melanggar pantangannya) meminum air seni sang raja. Selang beberapa waktu kemudian pada musim berburu berikutnya raja kembali ke hutan tersebut dan betapa terkejutnya dia saat mendengar jeritan tangis seorang bayi yang tergeletak di atas semak-semak belukar. lalu raja memerintahkan seluruh pung- gawa membawa bayi perempuan yang cantik kepada raja. Ia sangat gembira dan kemudian kembali ke Istana membawa bayi itu dan kemudian tumbuh menjadi seorang putri yang cantik jelita yang kemudian diberi nama Dayang Sumbi.


Sejak kehadiraan Dayang Sumbi ke Istana Galuh, negara menjadi kisruh dan sering dilanda malapetaka, bencana demi bencana datang silih berganti.keresahan semakin memuncak Pada saat Dayang Sumbi menjelang remaja ia selalu menolak lamaran para pangeran dari kerajaan tetangga sehingga sang raja menjdi panik dan khawatir bila mereka bersatu dan menyerang Galuh karena sakit hati, maka keputusan untuk membawa kembali Dayang Sumbi ke tempat asalnya (ke Hutan) dan hanya ditemani oleh seekor anjing Penjaga yang bernama si Tumang (yang merupakan jelmaan dari seorang manusia yang melanggar larangan guru) dan dibawa seperangkat alat tenun untuk menghibur dan mengisi waktu senggang di hutan yang sunyi dan sepi kerjanya hanya menenun setiap hari sesal duka akhirnya menjadi bencana, berbagai macam penyakit datang silih berganti. Suatu hari Dayang Sumbi memaksakan dirinya menenun kain meskipun ia sedikit sakit, tiba–tiba tenun tanpa sengaja alat tenunan itu jatuh dari tangannya ke lereng yang terjal, dengan badan lemah tak berdaya Dayang Sumbi tidak mampu mengambil kembali alat tenun itu. Maka Dayang Sumbi bersumpah dan berkata “ Siapa saja yang sudi membawa alat tenun itu kembali bila ia perempuan akan ku angkat sebagai saudara dan bila ia laki–laki maka akan kuangkat menjadi suami.sungguh aku tak bohong ” Dayang Sumbi bersungguh–sungguh dengan ucapan itu. Alangkah terkejutnya Dayang Sumbi setelah beberapa saat kemudian datanglah si Tumang yang membawa alat tenun itu. Apa boleh buat janji seorang iswari tidak dapat dipungkiri maka Dayang Sumbi dengan si Tumang jadilah suami istri. 


Setelah mereka menikah maka keduanya mempunyai seorang anak laki-laki yang diberi nama ”Sangkuriang” si anak Tumang yang diasuhnya bersama. Pada suatu hari Sangkuriang kecil mengemban kuasa sang bunda untuk mencari hati rusa hasil buruannya sebagai santap malam ditemani si Tumang pergi membawa busur panah dan menuju ke hutan. Beberapa kali sangkuriang berusaha mebidik panahnya ke sasaran namun selalu gagal akhirnya Sangkuriang semakin kesal karena tidak mendapatkan hati rusa, kemudian dengan maksud menenangkan hati sang ibunda akhirnya Sangkuriang mengambil anak panah untuk mengambil hati si Tumang Setelah selesai makan malam tiba-tiba Dayang Sumbi bertanya ”Wahai anakku kemanakah gerangan si Tumang? dari tadi tidak tampakrupa dan bayangannya?” tanya sang bunda. Dengan nada datar Sangkuriang menjawab “Hati yang kita makan tadi sebenarnya bukanlah hati rusa tetapi “ Hati “ yang disantap pada makan malam adalah hati si Tumang. Dengan sangat terkejut dan perasaan yang sangat marah ketika itu Dayang Sumbi mengambil Centong dan akhirnya Sangkuriang dipukul dengan keras dan menyebabkan luka kepala yang cukup dalam. Pada saat itu Dayang Sumbi memohon kepada sang Hyang Widi atas kesalahannya yang tidak pernah menceritakan keadaan yang sebenarnya ayah Sangkuriang. Pada waktu Dayang Sumbi mendapat “wangsit” bisikan dari Hyang Widhi bahwa ia tidak boleh memakan setiap makhluk yang berdarah antar lain harus mandi air pancuran dan sejak saat itu Dayang Sumbi hanya memakan aneka tumbuhan dan daun–daunan (lalaban) sebagai lauk pauk.serta harus mandi dan minum dari air pancuran. Dalam keadaan kepala yang luka dan berdarah dengan kondisi setengah hilang ingatan, Sangkuriang di usir oleh ibunnya dari kampung halamannya dan iamenggembara entah kemana tujuannya dari masuk hutan keluar hutan, dari satu desa ke desa lain, ia menuju ke arah matahari terbit dan dalam pengembaraannya itu Sangkuriang selalu berburu dan mempelajari ilmu dari setiap guru yang dijumpainya. Akhirnya sekarang Sangkuriang menjadi seorang pemuda yang tampan dan perkasa (sakti mandraguna) Setelah sekian lama mengembara timbul hasrat untuk pulang ke kampong halamannya untuk mencari ibunya. setelah menempuh perjalanan dalam beberapa hari kemudian sampai juga di suatu desa. Dalam perjalanan Sangkuriang berpapasan dengan seorang gadis cantik dan Sangkuriang mempunyai hasrat untuk mencintai gadis itu yang sesungguhnya adalah ibunda, dan Sangkuriang tidak menyadari bahwa kampung yang disinggahinya adalah kampung halamannya sendiri yang pernah ia tinggalkan. Dan gadis tersebut sesungguhnya adalah ibunya ”Dayang Sumbi” Atas ampunan segala perihal sang Dewata Dayang Sumbi tetap ayu dan tampak muda. Pada suatu hari Sangkuriang dan Dayang Sumbi sedang memadu kasih untuk merencanakan perkawinannya. Dayang Sumbi terkejut akan luka yang pernahdilakukan pada anaknya, semua bentuk dan ciri-ciri luka pada kepalanya Sangkuriang (sang kekasih). Dayang Sumbi menyadari hal itu dan dia fikir tak ingin menikah dengan Sangkuriang (yang ia yakini bahwa dia adalah anak kandungnya sendiri) namun di sisi lain ia tak mampu membatalkan rencana perikawinannya tersebut.


Kepada sang Dewata sekali lagi ia mohon bagaimana cara melakukan siasat untuk menggagalkan perkawinannya. Sebagai siasat suatu syarat (sebagai Mas kawin) Sangkuriang harus membuat danau dengan perahu raksasa dalam tempo satu malam yang akan dipakai nanti untuk dilayari berbulan madu .Perahu dan danau tersebut harus sudah selesai sebelum fajar menyingsing Tenamglah fikiran Dayang Sumbi ketika itu, karena menurutnya persyaratan itu tidak akan mampu dipenuhi oleh Sangkuriang. Dengan percaya diri dan tenang, syarat perkawinan itupun ia terima tanpa basa-basi Sangkuriang perkasa langsung menyanggupi persyaratan sang kekasih. Dengan dibantu bala tentara siluman ”gunung tujuh” Sangkuriang mulai membendung aliran sungai Citarum sang Hyang Tikoro (kini sudah menjadi Padalarang sekitar 30 km barat kota Bandung). Perahu dibangun di hutan Lembitan (Lembang). sepanjang malam Dayang Sumbi mengamati apa yang diperbuat oleh Sangkuriang, dengan perasaan cemas, menjelang tengan malam Situ Hyang alias danau atau telaga Bandung telah terbentangdan perahu pun siap diluncurkan.sementara fajar menyingsing masih jauh menjelang di kala itupun Dayang Sumbi tak keukurangan akal untuk mengagalkan rencana anaknya yang angkara murka, Dayang Sumbi berdoa kepada Dewata dan beberapa saat kemudian Dayang Sumbi mengambil sehelai selendang mayang (berwarna putih) hasil tenunannya dan ilmu kesaktian yang dimilikinya Dayang Sumbi mulai mengibar-ibarkankan selendang putihnya di ufuk timur sehingga menimbulkan cahaya seolah fajar telah tiba Selain itu pula dayang Sumbi memerintahkan penduduknya pengiringnya Untuk menyalakan obor, ayam–ayam yang berada di sekitarnya mulai berkokok, sedangkan kaum wanitanya disuruh bersenandung sambil menumbuk padi seolah–olah hari sudah pagi. Sangkuriang wirang karena kesiangan karena ia merasa yakin melaksanakan apa yang diinginkan oleh calon istrinya akan tetapi ternyata ia gagal dan begitu murkanya ia menendang perahunya yang hampir selesai itu kemudian terbalik (dalam bahasa Sunda yaitu Nangku) dan berubahmenjadi gunung yang sekarang dinamakan Tangkuban Perahu (yang berarti perahu terbalik). Dan sisa ranting pohon untuk membuat perahu yang berubah menjadi gunung Burangrang dan sisa kayu yang ditebang berubah menjadi bukit yang dinamakan bukit Tunggul.



Bendungan Sang Hyang Tikoro. untuk membuat danau itu pun diobrak–abrik sehingga air menjadi surut dan danaunya pun berubah menjadi sebuah desa Bandung .Kini desa tersebut telah berubah menjadi kota yang kita kenal dengan sebutan kota ”Bandung” (Berasal dari Kata Bendung/bendungan). Dari sinilah rasa ingin tahu setiap orang terhadap Tangkuban Perahu, apakah legenda ini hanya sebuah mitos atau nyata. Legenda ini juga sangat kental sekali dengan sejarah dunia Pariwisata, yang mana dapat menarik perhatian sampai ke mancanegara. Cerita tersebut juga sangat menarik untuk diceritakan kepada anak cucu kita dan tempat wisata nya pun harus tetap dilestarikan sampai kapanpun.

0 Response to " "

Posting Komentar