NAMA : PUGO SURYA ADHITAMA
NIM : 4423107050
KESENIAN ANGKLUNG SELAMATKAN ATAU HILANG
Angklung adalah alat musik tradisional yang berasal dari Jawa Barat yang berkembang dalam masyarakat sunda. Alat musik ini terbuat dari bambu, yang dibunyikan dengan cara digoyangkan dimana bunyi disebabkan oleh benturan badan pipa bambu sehingga menghasilkan bunyi yang bergetar dalam susunan nada 2, 3, sampai 4 nada dalam setiap ukuran, baik besar maupun kecil. Kata angklung berasal dari Bahasa Sunda angkleung-angkleungan yaitu gerakan pemain Angklung dan suara klung yang dihasilkannya. Pada jaman dahulu instrumen angklung merupakan instrumen yang memiliki fungsi ritual keagamaan. Fungsi utama angklung adalah sebagai media pengundang Dewi Sri/dewi padi/kesuburan untuk turun ke bumi dan memberikan kesuburan pada musim tanam. Angklung yang dipergunakan berlaraskan tritonik tiga nada, tetra tonik empat nada dan penta tonik lima nada. Angklung jenis ini seringkali disebut dengan istilah angklung buhun yang berarti Angklung tua yang belum terpengaruhi unsur-unsur dari luar . Hingga saat ini di beberapa desa masih dijumpai beragam kegiatan upacara yang mempergunakan angklung buhun, diantaranya: pesta panen, ngaseuk pare, nginebkeun pare, ngampihkeun pare, seren taun, nadran, helaran, turun bumi, sedekah bumi dll. Dan angklung ditetapkan oleh UNESCO sebagai Karya Agung Warisan Budaya Lisan dan Nonbendawi Manusia pada November 2010.
Pada saat ini angklung tidak identik lagi dengan upacara ritual kegiatan tertentu, namun angklung telah menjadi instrumen musik tradisional yang telah mendunia. Karena bunyi-bunyian yang ditimbulkannya sangat merdu dan juga memiliki kandungan lokal dan internasional seperti bunyi yang bertangga nada duremi fa so la si du dan daminatilada, maka angklung pun cepat berkembang, tidak saja dipertunjukan lokal tapi juga dipertunjukan regional, nasional dan internasional. Bahkan konon khabarnya pertunjukan angklung pernah digelar dihadapan Para pemimpin Negara pada Konferensi Asia Afika di Gedung Merdeka Bandung tahun 1955. Jumlah pemain angklung bisa dimainkan oleh sampai 50 orang, bahkan sampai 100 orang dan dapat dipadukan dengan alat musik lainnya seperti; piano, organ, gitar, drum, dan lain-lain. Selain sebagai alat kesenian, angklung juga bisa digunakan sebagai suvenir atau buah tangan setelah dihiasi berbagai asesoris lainnya.
Menurut sejarah yakni angklung adalah alat musik tradisional yang konon sudah dikenal dan dipergunakan sebelum adanya kerajaan sunda. Tetapi ada pendapat lainnya yakni pada tahun 1938 ditemukan oleh Bapak Daeng Sutigna menciptakan angklung berdasarkan pada suara diatonik. Sepeninggal Daeng Sutigna angklung dikembangkan lagi berdasarkan suara musik sunda, yakni salendro, pelog, madenda orang yang paling berjasa dalam pengembangan angklung yaitu Udjo Ngalagena. Udjo yang merupakan salah satu murid Daeng Sutigna ini mengembangkan alat musik angklung pada 1966. Sebagai wujud mempertahankan kesenian angklung, Udjo atau biasa yang dikenal Mang Udjo membangun pusat pembuatan dan pengembangan anglung tempat tersebut diberi nama Saung Angklung Mang Udjo yang berlokasi di Padasuka, Cicaheum, Bandung. Ditempat ini sering kali diadakan pertunjukan kesenian angklung dimana pengunjungnya yang hadir dapat ikut serta mencoba belajar memainkan angklung.
Berbagai jenis angklung antara lain:
ü Angklung Baduy
Tidak diketahui dari mana asal-usul Angklung Baduy dan sejak kapan jenis Angklung ini mulai muncul. Penyebarannya pun tidak terlalu luas. Angklung Baduy dipergunakan sebagai kesenian yang mendukung upacara adat tradisional menghormati Sang Hyang Asri atau Dewi Sri sebagai dewi pertanian dan kesuburan. Angklung Baduy terdiri dari empat buah ancak yang masing-masing disebut king-king, indo, panempas, dan gong-gong dimana dog-dog dan bedug berfungsi sebagai pengiring irama lagu dan tempo irama.
ü Angklung Buncis
Angklung Buncis dibuat pertama kali oleh Pak Bonce pada tahun 1795 di Kampung Cipurut, Desa Baros, Arjasari, Bandung. Angklung Buncis dimainkan sebagai kesenian yang mengiringi upacara – upacara rakyat atau acara-acara yang melibatkan orang banyak, di antaranya upacara nginebkeun pare atau mengangkut padi dari sawah ke rumah, upacara heleran atau pawai mengiringi anak khitanan dari rumah anak yang dikhitan ke rumah bengkong (pengkhitan), acara perkawinan, dan dalam menyambut hari-hari besar nasional.
ü Angklung Gubrag
Pada zaman dahulu Kampung Cipining, Bogor, diancam oleh bencana kelaparan akibat tanaman padi di ladang-ladang yang tidak tumbuh dengan baik akibat Dewi Sri tetap tidak berkenan turun ke bumi karena kurang mendapat hiburan. Dan kesenian Angklung sebagai media dimana ternyata setelah upacara tersebut, tanaman padi penduduk tumbuh dengan baik dan subur. Angklung Gubrag dimainkan pada upacara seren taun, yaitu upacara besarbesaran pada akhir tahun panen. Selain itu, Angklung Gubrag juga dimainkan pada upacara-upacara hajatan keluarga, perhelatan hari raya, hari-hari besar nasional, dan acara-acara lain yang menyangkut dan melibatkan orang banyak
ü Angklung Bungko
Angklung Bungko terdapat di Desa Bungko yang terletak di perbatasan antara Cirebon dan Indramayu dan angklung Bungko yang pertama dibuat diyakini telah berusia lebih dari 600 tahun. Angklung Bungko dilestarikan oleh seorang tokoh masyrakat bernama Syeh Bentong atau Ki Gede Bungko, setelah dipergunakan sebagai kesenian yang mengiringi penduduk Desa Bungko berperang melawan serangan bajak laut. Oleh Ki Gede Bungko, Angklung Bungko kemudian dipergunakan sebagai kesenian yang mendukung penyebaran agama Islam.
ü Angklung Modern (Padaeng)
Angklung padaeng adalah angklung yang dikenalkan oleh Daeng Soetigna sejak sekitar tahun 1938. Terobosan pada angklung padaeng adalah digunakannya laras nada Diatonik yang sesuai dengan sistem musik barat. Dengan demikian, angklung kini dapat memainkan lagu-lagu internasional, dan juga dapat bermain dalam Ensembel dengan alat musik internasional lainnya.
ü Angklung Sarinade
Angklung sarinande adalah istilah untuk angklung padaeng yang hanya memakai nada bulat saja (tanpa nada kromatis) dengan nada dasar C. Unit kecil angklung sarinade berisi 8 angklung (nada Do sampai Do Tinggi), sementara sarinade plus berisi 13 angklung (nada sol rendah hingga mi tinggi).
ü Angklung Toel
Pada alat ini, ada rangka setinggi pinggang dengan beberapa angklung dijejer dengan posisi terbalik dan diberi karet. Untuk memainkannya, seorang pemain cukup men-toel angklung tersebut, dan angklung akan bergetar beberapa saat karena adanya karet.
ü Angklung Badeng
Badeng merupakan jenis kesenian yang menekankan segi musikal dengan angklung sebagai alat musiknya yang utama. Badeng terdapat di Desa Sanding, Kecamatan Malangbong, . Dulu berfungsi sebagai salah satu sarana penyebaran Islam tetapi diduga badeng telah digunakan masyarakat sejak lama dari masa sebelum Islam untuk acara-acara yang berhubungan dengan ritual penanaman padi. Angklung yang digunakan sebanyak sembilan buah, yaitu 2 angklung roel, 1 angklung kecer, 4 angklung indung dan angklung bapa, 2 angklung anak; 2 buah dogdog, 2 buah terbang atau gembyung, serta 1 kecrek.
Teknik cara memegang, menggetarkan dan memainkan angklung yang selama ini dianggap paling tepat :
ü Posisi angklung adalah tabung yang tinggi berada di sebelah kanan pemain, dan yang kecil berada di sebelah kiri, dengan posisi lurus, tidak miring.
ü Tangan kiri pemain memegang angklung pada bagian simpul atas angklung dan tangan kanan memegang angklung pada bagian bawah angklung. Posisi tangan kiri dapat menggenggam ke arah bawah maupun ke arah atas. Kedua tangan diharapkan dalam posisi lurus.
ü Tangan yang bertugas menggetarkan angklung adalah tangan kanan, sedangkan tangan kiri hanya memegang angklung, tidak turut digerakkan. Gerakan tangan kanan adalah arah kanan ke kiri, dan gerakan dilakukan dengan cepat dari pergelangan tangan.
ü Apabila pemain memegang lebih dari satu angklung, maka angklung yang berukuran lebih besar ditempatkan lebih dekat dengan tubuh. Apabila ukurannnya cukup besar, angklung dapat kita masukkan ke dalam lengan pemain. Kalau kecil, angklung tetap dipegang dengan jari, tetapi harus tetap ada jarak antar angklung sehigga tidak saling bersinggungan.
Dimana memiliki teknik dasar bermain angklung yakni :
ü Kurulung (getar), adalah teknik paling umum dipakai, dimana tangan kanan memegang tabung dasar dan menggetarkan ke kiri-kanan berkali-kali selama nada ingin dimainkan.
ü Centok (sentak), adalah teknik dimana tabung dasar ditarik dengan cepat oleh jari ke telapak tangan kanan, sehingga angklung akan berbunyi sekali saja (stacato).
ü Tengkep, adalah cara dimana angklung dimainkan dengan menahan atau menutup tabung kecil sehingga tidak ikut berbunyi. Getaran untuk cara ini tetap panjang dan disambungkan dan cara ini dilakukan jika ingin menghasilkan suara yang lebih halus.
Sementara itu untuk memainkan satu unit angklung guna membawakan suatu lagu, akan diperlukan banyak pemusik yang dipimpin oleh seorang konduktor. Adapula yang namanya angklung interaktif adalah kegiatan dimana seorang konduktor mengajak banyak orang, yang umumnya awam, untuk bermain angklung beramai-ramai. Kegiatan ini bisa dilakukan di tempat pariwisata atau acara ramah tamah.
Adapun cara membuat angklung yang tidak diketahui oleh orang banyak serta dilupakan orang yakni :
ü Memilih Bambu
Bambu adalah bahan baku dari Angklung dimana bambu dipilih berdasarkan usia yaitu minimal 4 tahun dan tidak lebih dari 6 tahun dan dipotong pada musim kemarau dari pukul 9 pagi sampai pukul 3 sore hari. Setelah memotong dasar dari pohon bambu, dengan ukuran kurang lebih 2-3 jengkaldari permukaan tanah, bambu harus disimpan selama sekitar 1 minggu, sehingga bambu benar-benar tidak berisi air. Setelah seminggu, bambu harus dipisahkan dari cabang-cabangnya serta dipotong menjadi berbagai ukuran tertentu. Kemudian, bambu harus disimpan selama sekitar satu tahun untuk mencegah dari gangguan hama. Beberapa prosedur adalah: dengan cara merendam bambu di genangan lumpur, kolam atau sungai, juga bisa dengan cara diasapi di perapian (diunun), dan prosedur modern: dengan menggunakan formula cairan kimia tertentu.
ü Bagian-Bagian Angklung
Angklung terdiri dari bagian:
-Tabung SuaraBagian terpenting dari suatu Angklung, adalah tabung suara yang menghasilkan intonasi. Proses setem dapat menghasilkan intonasi.
-Kerangka
Kerangka tabung untuk tempat berdiri.
-Dasar
Berfungsi sebagai kerangka tabung suara.
ü Proses Penyeteman
- Pembentukan tabung suara
Ini adalah proses membentuk bambu menjadi sebilah tabung suara.
Ini adalah proses membentuk bambu menjadi sebilah tabung suara.
- Proses Penyeteman
Ini adalah proses meniup bagian bawah tabung angklung dan menyamakan suaranya ke alat tuner.
Ini adalah proses meniup bagian bawah tabung angklung dan menyamakan suaranya ke alat tuner.
- Proses utama dari penyeteman
Ini adalah proses penyeteman suara dengan meninggikan dan menurunkan nada dengan membunyikan nadanya. Dan ini juga merupakan proses meninggikan nada dengan memotong bagian atasnya sedikit, dan menurunkan nada dengan menyerut kedua sisi bilah tabung dengan pisau.
Ini adalah proses penyeteman suara dengan meninggikan dan menurunkan nada dengan membunyikan nadanya. Dan ini juga merupakan proses meninggikan nada dengan memotong bagian atasnya sedikit, dan menurunkan nada dengan menyerut kedua sisi bilah tabung dengan pisau.
Cara menggunakan alat tuner :
· Untuk menggunakan tuner, kita harus memperhatikan baik dari lampu di sebelah kiri dan kanan dari panel, dan juga jarum penunjuk.
· Sebagai contoh, jika Anda akan membuat sebuah nada “F”, anda harus menggoyangkan angklung sembari memperhatikan baik dari lampu yang akan menyala bersamaan, dan untuk jarum penunjuk yang akan menunjukkan angka “F”.
ü Tahap Akhir
Setelah masing-masing tabung suara memiliki nada, tabung harus diletakkan ke dalam rangka dan diikat dengan tali rotan.
Dan saung Angklung Udjo diibaratkan oase kebudayaan di tengah perkampungan padat di atas tanah seluas 1,2 hektar dan kebudayaan modern yang semakin banyak masuk ke Indonesia. Sekarang telah ada 42 negara yang mengenal permainan angklung dimana permintaan yang banyak sekali datang dari negara Belanda, juga Korea Selatan, bahkan di Korea Selatan angklung telah dikenalkan sejak masih Sekolah Dasar.Sebagai bangsa Indonesia yang memiliki berbagai ragam kebudayaan dan keragaman kesenian, kita wajib menjaga dan melestarikan budaya warisan bangsa yang bahkan sudah mendapat pengakuan dunia internasional sebagai warisan budaya asli Indonesia agar tidak hilang. “Kalau bukan kita siapa lagi ???”
SUMBER :
http://www.puncakview.com/Angklung.html
0 Response to " "
Posting Komentar