UTS PART 4 - PUGO SURYA ADHITAMA


NAMA   : PUGO SURYA ADHITAMA
NIM       : 4423107050

RUMAH JOGLO



Rumah adat Joglo biasanya terdapat pada daerah Jawa Timur bagian Barat (mendekati Jawa Tengah),seperti Ngawi,Madiun,Magetan dan Ponorogo. Jika yang berada di sekitar Malang Surabaya, bangunannya lebih mendekati ke Era Kolonial. Awalnya rumah beratap joglo hanya dimiliki oleh kalangan bangsawan dan keturunannya, para kepala desa, sehingga bentuk dari rumah ini tampak megah dan berwibawa.
Rumah Joglo terdiri dari 2 bagian utama yakni pendapa dan dalam, bagian pendapa adalah bagian depan joglo yang mempunyai ruangan luas tanpa sekat-sekat, biasanya digunakan untuk menerima tamu atau ruang bermain anak dan tempat bersantai keluarga, tempat menerima tamu, tempat untuk mengadakan upacara – upacara adat kemudian bagian dalam adalah bagian dalam rumah yang berupa ruangan kamar,ruang kamar, dapur dan ruangan lainnya yang bersifat lebih privasi seta ciri-ciri bangunan joglo adalah pada bagian atap pendapanya yang menjulang tinggi seperti gunung. Sedangkan ruang utama atau ruang induk pada rumah joglo dibagi menjadi 3 ruangan, yaitu : sentong kiwo (kamar kiri), sentong tengan (kamar tengah), sentong tangen (kamar kanan). Dalam rumah adat joglo umumnya sebelum memasuki ruang induk kita akan melewati sebuah pintu yang memiliki hiasan  sulur gelung atau makar dan hiasan ini digambarakn untuk menolak maksud – maksud jahat. Dalam masyarakat Jawa kamar tengah merupakan kamar sakral dimana dalam kamar ini pemiliki rumah biasanya menyediakan tempat tisur atau katil yang dilengkapi dengan bantal guling, cermin dan sisir dari tanduk. Kamar tengah umumnya juga dilengkapi dengan lampu yang menyala siang siang dan malam yang berfungsi sebagai pelita serta ukiran yang memiliki makna sebagai pendidikan rohani. Di sebelah kiri (barat) terdapat dempil yang berfungsi sebagai tempat tidur orang tua yang langsung dihubungkan dengan serambi belakang (pasepen) yang digunakan untuk membuat kerjinan tangan.Sedangkan disebelah kanan (timur) terdapat dapur, pendaringan dan tempat yang difungsikan untuk menyimpan alat pertanian.

Bentuk arsitektur di Jawa Timur umumnya mirip dengan bentuk arsitektur di Jawa Tengah dan bangunan khas Jawa Timur umumnya memiliki bentuk joglo, bentuk limasan (dara gepak), bentuk serontongan (empyak setangkep). Rumah serotong pada umumnya dimiliki oleh penduduk asli, sedangkan rumah joglo dahulu hanya dimiliki oleh para bangsawan serta keturunannya, juga rumah-rumah kepala desa, sehingga nampak megah dan berwibawa namun sekarang banyak penduduk asli yang memiliki rumah joglo. Tak hanya megah, indah, sarat makna dan nilai-nilai sosiokultural, arsitektur bangunan joglo juga dapat meredam gempa. Sebuah bangunan joglo yang menimbulkan interpretasi arsitektur Jawa mencerminkan ketenangan, hadir di antara bangunan- bangunan yang beraneka ragam. Interpretasi ini memiliki ciri pemakaian konstruksi atap yang kokoh dan bentuk lengkung-lengkungan di ruang per ruang. Rumah adat joglo yang merupakan rumah peninggalan adat kuno dengan karya seninya yang bermutu memiliki nilai arsitektur tinggi sebagai wujud dan kebudayaan daerah yang sekaligus merupakan salah satu wujud seni bangunan atau gaya seni bangunan tradisional. Joglo merupakan kerangka bangunan utama dari rumah adat Kudus terdiri atas soko guru berupa empat tiang utama dengan pengeret tumpang songo (tumpang sembilan) atau tumpang telu (tumpang tiga) di atasnya. Struktur joglo yang seperti itu, selain sebagai penopang struktur utama rumah, juga sebagai tumpuan atap rumah agar atap rumah bisa berbentuk pencu. Jadi arsitektur bangunan rumah joglo seni arsitektur bukan sekadar pemahaman seni konstruksi rumah tetapi juga merupakan refleksi nilai dan norma masyarakat pendukungnya.

Rumah tinggal orang Jawa menjadi lebih sempurna bentuknya dibandingkan pada bentukan sebelumnya. Bentuk sebelumnya sangat sederhana seperti bentuk bangunan panggangpe, kampung dan limasan. Bangunan yang lebih sempurna secara struktural adalah bangunan tradisional bentuk Joglo dan bangunan ini secara umum mempunyai denah berbentuk bujur sangkar, mempunyai empat buah tiang pokok ditengah peruangannya yang kita sebut sebagai saka guru. Saka guru berfungsi untuk menopang blandar tumpang sari yang bersusun keatas semakin keatas semakin melebar dan biasanya berjumlah ganjil serta diukir dan ukiran pada tumpang sari ini menandakan status sosial pemiliknya. Untuk mengunci struktur saka guru diberikan sunduk yang disebut sebagai koloran atau kendhit. Letak koloran ini terdapat di bawah tumpang sari yang berfungsi mengunci dan menghubungkan ke empat saka guru menjadi satu kesatuan. Tumpang sari berfungsi sebagai tumpuan kayu usuk untuk menahan struktur brunjung dan molo serta usuk yang memanjang sampai tiang emper bangunan joglo. Dalam perkembangannya bangunan joglo ini memiliki banyak variasi perubahan penambahan-penambahan struktur yang semakin mempercantik rumah adat ini. Pada bangunan joglo limasan bagian tengahnya terdapat sebuah bidang yang seakan memisahkan antara bagian bawah dan bagian atap dan bagian bawah akan terkesan sangat lebar, hal ini juga berkaitan dengan kebudayaan masyarakat jawa timur yang sangat menjaga tali silaturahmi , dan biasanya di dalam rumah joglo terdapat kursi yang berbentuk sangat panjang, yang dapat berisikan beberapa puluh orang sekaligus.

http://www.rumahjoglo.com/
http://dewikadjar.com/category/rumah-joglo/
http://kagama.fk.ugm.ac.id/index.php?option=com_content&view=article&id=97&Itemid=189
http://kerockan.blogspot.com/2012/03/mengenal-nilai-sosiokultural-dan.html
http://www.anneahira.com/rumah-adat-jawa-timur.htm

0 Response to "UTS PART 4 - PUGO SURYA ADHITAMA"

Posting Komentar