Folklore Sebagian Lisan Daerah Provinsi Riau (Aditya Pramudito) part 3

Upacara Perkawinan Riau

Perkawinan di Riau ditandai dengan berbagai acara, seperti :Merisik, Meminang, Menggantung, Malam Berinai, Akad Nikah, TepungTawar, BerinaiLebai, Berandam, Berkhatam Quran, Makan Bersuap-suapan,Makan Hadap-hadapan, Menyembah Mertua, Mandi Damai, Mandi Tamandan Mengantuk atau Mengasah Gigi.

Beberapa pengertian upacara pernikahan

MERISIK

Salah satu keluarga atau seseorang diutus oleh pihak calon pengantin pria untuk meneliti atau mencari informasi mengenai salah satu keluarga keluarga lain yang mempunyai anak gadis. Tugas yang diamatkan adalah untuk mengetahui apakah anak gadis tersebut dapat dilamar, atau belum mempunyai ikatan dengan orag lain. Selain itu, utusan akan melakukan pembicaraan tentang kemungkinan pihak pria untuk melamar. Utusan tersebut tentunya menanyakan berapa mas kawin/mahar dan persyaratan apa saja yang diminta oleh keluarga wanita.

MEMINANG

Meminang dalam istilah Melayu sama dengan melamar. Acara ini diselenggarakan pada hari yang telah disepakati bersama, setelah melalui penentuan hari baik menurut perhitungan adat serta orangtua. Pihak keluarga calon pengantin pria yang dipimpin oleh keluarga terdekat akan melaksanakan lamaran secara resmi kepada keluarga calon pengantin wanita. Biasanya acara meminang ini diungkapkan dengan berbalas pantun. Secara tradisi, pihak keluarga pria membawa sejumlah tepak sirih-paling sedikit 5 buah; terdiri dari tepak pembuka kata, tepak merisik, tepak meminang, tepak ikat janji, tepak bertukar tanda dan beberapa tepak pengiring.

BERINAI

Biasanya berlangsung pada suatu hari atau satu malam sebelum acara akad nikah. Melalui serangkaian adat, calon pengantin wanita didudukan di atas pelaminan. Rangkaian acara ber-inai diawali dengan acara tersendiri yakni khatam Al-Qur’an yang dilaksanakan oleh keluarga-keluarga terdekat. Selanjutnya, calon pengantin wanita akan melaksanakan upacara di-Tepung Tawari. Ritual Tepuk Tepung Tawar adalah suatu upacara adat budaya Melayu peninggalan para raja terdahulu. Pemberian ‘tepung tawar’ kepada calon mempelai biasanya diiringi dengan doa dan harapan dipimpin oleh yang dituakan; dilakukan oleh orangtua, sesepuh dan tokoh-tokoh adat yang dihormati. Selanjutnya, calon pengantin wanita akan diberi daun inai yang telah ditumbuk halus pada kuku-kuku jari tangan dan kakinya. Malam ber-inai lazim dimeriahkan dengan iringan bunyi-bunyian seperti gendang dan nyanyian lagu-lagu Melayu lama, ataupun diadakan tari gambus.

MENIKAH

Pada hari yang telah ditentukan, calon mempelai pria diantar oleh rombongan keluarga menuju ke tempat kediaman calon pengantin wanita. Biasanya calon mempelai pria berpakaian haji (memakai topi haji dan jubah). Kedatangan keluarga mempelai pria sambil membawa mahar atau mas kawin, tepak sirih adat, barang hantaran atau seserahan yang telah disepakati sebelumnya. Selain itu, juga menyertakan barang-barang pengiring lainnya seperti kue-kue dan buah-buahan. Prosesi berikutnya adalah pelaksanaan akad nikah.

BERSANDING

Upacara ini dilaksanakan setelah resmi akad nikah. Prosesi bersanding merupakan acara resmi bagi kedua pengantin akan duduk di atas pelaminan yang sudah dipersiapkan. Terlebih dahulu pengantin wanita didudukan di atas pelaminan, dan menunggu kedatangan pengantin pria. Kehadiran pengantin pria diarak dengan upacara penyambutan dan berbalas pantun.
Rangkaian prosesi bersanding yakni acara penyambutan pengantin pria, Hampang Pintu, Hampang Kipas, dan Tepung Tawar. Kehadiran pengantin pria beserta rombongan pengiring dalam jumlah cukup banyak, terdiri dari :
- Barisan Pulut Kuning beserta hulubalang pemegang tombak kuning.
- Wanita (Ibu) pembawa Tepak Sirih.
- Wanita (Ibu) pembawa beras kuning (Penabur).
- Pengantin pria berpakaian lengkap
- Dua orang pendamping mempelai pria, mengenakan pakaian adat Teluk Belanga.
- Pemegang payung kuning.
- Orang tua mempelai pria.
- Saudara-saudara kandung pengantin pria.
- Kerabat atau sanak famili
Kedatangan rombongan disambut pencak silat dan Tarian Penyambutan. Di pintu gerbang kediaman mempelai wanita, dilaksanakan ritual saling tukar Tepak Sirih dari kedua pihak keluarga mempelai, sambil berbalas menaburkan beras kuning. Selanjutnyua, dilakukan acara ‘Hempang Pintu’ (berbalas pantun) oleh kedua juru bicara pengantin. Saai iyu, pihak keluarga mempelai perempuab telah menghempang kain sebagai ‘penghalang’ di depan pintu tempat upacara. selendang baru akan dibuka setelah pihak mempelai pria terlebih dulu menyerahkan Uncang (kantong pindit) kepada pihak pengantin wanita. Ritual ini disebut sebagai ‘Hempang Pintu’. sesampainya di depan pelaminan, pihak mempelai pria kembali dihadang oleh pihak mempelai wanita. selanjutnu dilaksanakan berbalas pantun, yang intinya pihak pria meminta ijin bersanding dipelaminan bersama pengantin wanita. Setelah menyerahkan uncang (kanong pindit) berisi uang, maka kain penghalang dibuka, dan mempelai pria siap bersanding di pelaminan. Kedua mempelai duduk di pelaminan, selanjutnya dilaksanakan upacara Tepung Tawar.

TEPUK TEPUNG TAWAR

Ritual adat ini merupakan ungkapan rasa syukur dan pemberian doa harapan kepada kedua mempelai, yang dilakukan oleh para sesepuh keluarga dan tokoh adat. Dengan cara menepukan daun-daunan (antara lain daun setawar, sedingin, ganda rusa, sirih, hati-hati, sijuang, dan setetusnya) yang diikat jadi satu dan telah dicelup ke air harum serta beras kunyit sangrai, lalu ditepukan kepada kedua mempelai. Kelengkapan pnabur ini biasanya menggunakan bahan seperti beras basuh, beras putih, beras kunyit, ataupun beras kuning serta bunga rampai. Kesemua bahan ini digunakan tentunya mengandung makna mulia. Sesuai tradisi, sesepuh seusai nmelakukan tepuk tepung tawar akan mendapatkan bingkisan berupa ‘bunga telur’ yakni berupa bunga yang dibuat dari kertas diikatkan pada sebatang lidi yang telah disertai telur diikat benang merah, sebagai ungkapan terimakasih dari pihak pengantin. Namun sesuai perkembangan zaman, ungkapan terimakasih atau souvenir tersebut kini diubah bentuk maupun jenisnya, disesuaikan dengan kemajuan zaman maupun kondisi kelurga mempelai.

BERDIMBAR

Seusai acara bersanding, keesokan harinya diadakan acara Mandi Berdimbar. Biasanya dilaksanakan pada sore atau malam hari. Mandi Berdimbar ini dilaksanakan di depan halaman rumah yang dipercantik dengan hiasan-hiasan dekoratif khas Melayu. Ritual ‘memandikan’ kedua mempelai ini cukup meriah, karena juga disertai acara saling menyemburkan air. Undangan yang hadir pun bisa ikut basah, karena seusai menyirami pengantin kemudian para undangan biasanya juga akan saling menyiram. Ritual tersebut kini sudah mulai jarang dilakukan.

Upacara Betobo,

adalah kegiatan bergotong royong dalam mengerjakansawah, ladang, dan sebagainya.

Upacara Menyemah Laut

adalah upacara untuk melestarikan laut dan isinya, agar mendatangkan manfaat bagi manusia.d. Upacara Menumbai, adalah upacara untuk mengambil madu lebah di pohon Sialang.

Upacara Belian

adalah pengobatan tradisional.f.

Upacara Bedewo

adalah pengobatan tradisional yang sekaligus dapatdipergunakan untuk mencari benda-benda yang hilang.

Tarian Adat Riaua. Tari Melemang
Menurut sejarahnya, tari Melemang merupakan tarian tradisional yang berasaldari Tanjungpisau Negeri Bentan Penaga, kecamatan Bintan. Tari Melemangdimainkan kali pertama sekitar abad ke-12. Ketika itu, tari Melemang hanyadimainkan di istana Kerajaan Melayu Bentan yang pusatnya berada di Bukit Batu,Bintan. Tarian ini hanya dipersembahkan bagi Raja ketika sang Raja sedangberistirahat. Karena merupakan tarian istana, tari Melemang ditarikan oleh paradayang kerajaan Bentan. Namun sejak Kerajaan Bentan mengalami keruntuhan, tariMelemang berubah menjadi pertunjukan hiburan rakyat.Dalam sebuah pertunjukan, tari Melemang dimainkan oleh 14 orang, diantaranyaseorang pemain berperan sebagai Raja, seorang berperan sebagai permaisuri,seorang berperan sebagai puteri, empat orang sebagai pemusik, seorang sebagaipenyanyi, serta enam orang sebagai penari. Para pemain Melemang mengenakankostum dan tata rias bergaya Melayu namun sesuai dengan perannya. Biasanya,pemain wanita pada pertunjukan tari Melemang mengenakan baju kurung panjangsebagai atasan dan kain atau sarung panjang sebagai bawahan. Sementara pemainlelaki mengenakan baju kurung panjang sebagai atasan dan celana panjang sebagaibawahan. Sebagai pelengkap kostum, pemain lelaki juga mengenakan topi ataukopiah berwarna hitam.
Nyanyian berbahasa Melayu yang mengisahkan kehidupan seorang raja di sebuahkerajaan menjadi ciri khas dari pertunjukan tari Melemang. Nyanyian itu menjadipengiring dari seluruh rangkaian gerak yang ditarikan para penari Melemang.Dengan diiringi alunan musik akordion, gong, biola, serta tambur, perpaduan tari dannyanyian ini berlangsung sekitar 1 jam. Yang menjadi daya tarik khusus daripertunjukan tari Melemang yakni gerakannya. Dengan posisi berdiri sambilmembongkokkan badan ke belakang, penari berusaha mengambil sapu tangan yangdiletakkan di permukaan lantai. Melalui kepiawaian dan keterampilan yang tidaksemua orang dapat melakukannya, dengan sempurna penari Melemang mampumengambil sapu tangan itu.

 
Gambar Tari Melemang

0 Response to "Folklore Sebagian Lisan Daerah Provinsi Riau (Aditya Pramudito) part 3"

Posting Komentar