Folklore Lisan Daerah Provinsi Riau (Aditya Pramudito) part 2

Bahasa Provinsi Riau
Bahasa yang digunakan sehari-hari oleh penduduk adalah bahasa Melayu, yang pada hakikatnya merupakan akar bahasa Indonesia. Sehingga siapasaja yang bisa berbahasa Indonesia dapat berkomunikasi dengan orang Riau. Di beberapa lokasi ada juga penduduk yang menggunakan bahasa daerah asalnya, seperti bahasa Minang di pasar-pasar yang banyak dihuni pedagang asal Minang, atau bahasa Jawa di desa-desa yang banyak penduduknya berasal dari Jawa
.
- Lagu Daerah Provinsi Riau

Lancang Kuning
Lancang kuning
Lancang kuning berlayar malam
Hey..! berlayar malam
Lancang kuning
Lancang kuning berlayar malam
Hey..! berlayar malam
Haluan menuju, haluan menuju kelaut dalam
Haluan menuju, haluan menuju kelaut dalam
Lancang kuning berlayar malam
Lancang kuning berlayar malam
Kalau nakhoda
Kalau nakhoda kuranglah faham
Hey..! kuranglah faham
Kalau nakhoda
Kalau nakhoda kuranglah faham
Hey..! kuranglah faham
***
Alamatlah kapal, alamatlah kapal akan tenggelam
Alamatlah kapal, alamatlah kapal akan tenggelam
Lancang kuning berlayar malam
Lancang kuning berlayar malam
Lancang kuning
Lancang kuning menerkam badai
Hey..! menerkam badai
Lancang kuning
Lancang kuning menerkam badai
Hey..! menerkam badai
Tali kemudi, tali kemudi berpilih tiga
Tali kemudi, tali kemudi berpilih tiga
lancang kuning berlayar malam
lancang kuning berlayar malam
lancang kuning berlayar malam
lancang kuning berlayar malam

Tanjung Katung
Tanjung katung airnya biru
Tempat dara mencuci mukaLagi sekampung hati ku rindu
Kononlah jauh di mata...Asal kapas menjadi benang
Benang ditenun menjadi kain
Orang yang lepas jangan di kenang
Sudah menjadi si orang lain
Dua tiga kuda berlari
Manalah sama si kuda belang
Dua tiga dapat ku cari
Manalah sama adik seorang
Pisang Emas bawa berlayar
Masak sebiji di atas peti
Hutang emas boleh di bayarHutanglah budi dibawa mat


Hangtuah
Tersebut sudah ... dalam hikayat ..
Laksmana Hangtuah .. Setia amanah
Menjunjung harkat ... Juga Martabat ...Jangan Melayu ... Buan Surian ...Dang Merdu bunda berjasa ,Melahirkan putra perkasa
Hangtuah laksmana satria
Teladan negri dan bangsa
Dari Bintan kepulauan Riau
Dan baktimu kesegenap rantau
Walau kini kau telah tiada
Fatwa mu tiada tiada kan pernah
**
Tlah sakti hamba negeri
Esa hilang dua terbilang
Patang tumbuh hilang kan berganti
Takkan melayu hilang dibumi
Engkau susun jari sepuluh
Menghatur sembah
Duduk bersimpuh
Hangsudi rilsalah melayu
Hangtuah hooooo Hangtuah

Cerita Rakyat Daerah Provinsi Riau
Manusia Greedy

Sekali waktu di Riau, tinggal sepasang suami istri. Mereka sangat miskin. Sang istri sangat rajin, sementara sang suami sangat malas. Dia hanya tidur dan tidur sehari-hari. Dia tidak ingin membantu istrinya untuk mencari nafkah. Sang istri tidak berdaya, dia sering berdoa kepada Tuhan untuk membantu suaminya.

Suatu malam suami bermimpi. Dalam mimpinya, seorang tua datang padanya. Dia mengatakan kepada suami untuk mengambil sampan dan pergi ke sungai. "Pergilah ke tengah sungai dan tunggu sampai tali muncul dari sungai Ambil tali perlahan,. Dan kemudian Anda akan menemukan rantai emas. Anda dapat memotong dan ambillah, tapi tidak mengambil rantai terlalu lama," kata orang tua. Sang suami kemudian terbangun dari mimpinya.

Pada hari berikutnya, sang suami mengambil sampan dan pergi ke sungai. Dia ingin melakukan saran orang tua itu seperti dikatakan dalam mimpinya tadi malam. "Mau ke mana?" tanya istri. Dia begitu terkejut melihat suaminya sibuk menyiapkan sampan tersebut. "Saya ingin pergi memancing, Madu jumpa!." suami tidak mau memberitahu istrinya tentang mimpinya. Dia tahu istrinya akan berpikir dia gila dengan mengikuti mimpi.

Setelah suami tiba di sungai, ia mendayung sampan sampai ia sampai di tengah sungai. Dia kemudian melihat sekeliling permukaan air yang sangat hati-hati. Tiba-tiba tali muncul dari sungai. "Orang tua itu benar!" kata sang suami kepada dirinya sendiri. Dia kemudian perlahan-lahan menarik tali dan pada ujung tali dia melihat rantai emas! Rantai itu berkilauan dan bersinar. Itu dibuat dari emas murni. "Wow Ini benar-benar terbuat dari emas aku kaya.. Aku kaya," kata suami bahagia. Dia terus menarik rantai. Dia lupa saran orang tua itu untuk mengambil hanya rantai pendek karena sudah cukup baginya. Orang miskin menjadi serakah. Dia ingin mengambil rantai emas selama mungkin.

Sementara ia sibuk menarik keluar rantai emas, seekor burung datang kepadanya. Ini berbicara, "Ingat saran orang tua itu Hanya mengambil sebuah rantai emas pendek.." Tetapi orang miskin diabaikan burung itu dan terus menarik keluar rantai. Lambat tapi pasti, sampannya penuh dengan rantai emas. Itu sangat penuh yang akhirnya sampan tidak sanggup menahan berat lagi. Sampan mulai tenggelam. Rantai emas itu tenggelam dan pergi ke dasar sungai menciptakan gelombang besar di sungai. Gelombang itu hampir menelan orang miskin. Dia begitu panik. Dia berenang secepat mungkin ke sisi sungai.

Ketika ia tiba di sisi sungai, ia merasa kasihan pada dirinya sendiri. Dia menyalahkan dirinya sendiri karena orang yang tamak. Tapi itu sudah terlambat. Tapi kemudian ia menyadari bahwa itu adalah pelajaran baginya untuk bekerja keras jika dia ingin mendapatkan uang.

Dang gedunai

Dulu di Riau, tinggal seorang anak bernama Dang Gedunai. Dia tinggal dengan ibunya. Dang Gedunai adalah anak yang keras kepala. Ibunya sedih. Dang Gedunai adalah anak satu-satunya tapi dia tidak pernah membuatnya bahagia. Suatu hari, Dang Gedunai pergi ke sungai untuk menangkap ikan. "Ibu, aku ingin pergi ke sungai. Saya ingin pergi memancing, "kata Dang Gedunai kepada ibunya. "Di luar mendung. Hujan akan segera turun. Mengapa Anda tidak hanya tinggal di rumah? "Kata ibunya. Seperti biasa Dang Gedunai mengabaikannya. Dia kemudian pergi ke sungai.

Itu sangat mendung ketika ia tiba di sungai. Segera itu gerimis, tapi Dang Gedunai masih memancing sibuk. Kemudian hujan jatuh berat. Dang Gedunai akhirnya menyerah. Namun tepat sebelum dia pergi, dia melihat sesuatu bersinar di sungai. Itu adalah telur yang sangat besar. Dang Gedunai kemudian membawa pulang telur.

Ibunya terkejut melihat dia membawa telur besar. "Apa telur itu? Di mana Anda menemukannya? "Tanya dia. "Aku menemukannya di sungai, Ibu," jawab Dang Gedunai. "Hati-hati dengan telur. Ini bukan milikmu. Anda harus mengembalikannya, "saran ibunya. Seperti biasa, Dang Gedunai mengabaikan nasihat ibunya. Ia berencana untuk makan telur meskipun ibunya berkata tidak.

Di pagi hari, ibunya sudah siap untuk pergi ke sawah. Sekali lagi, dia disarankan Dang Gedunai untuk menempatkan telur kembali ke sungai. Dang Gedunai tidak mengatakan apa-apa. Ketika ibunya meninggalkan rumah, ia langsung direbus telur. Lalu ia memakannya. Rasanya sungguh nikmat. Dia begitu penuh dan tiba-tiba ia tertidur. Dia memiliki mimpi. Seekor naga raksasa datang kepadanya dalam mimpinya. "Manusia, Anda mencuri telur saya! Untuk hukuman, Anda akan menjadi seekor naga. "

Dang Gedunai terbangun ketakutan. Dia berkeringat. Dia merasa sangat haus. Kemudian ibunya pulang. Dia melihat anaknya panik. "Apa yang terjadi?" Tanyanya. "Saya tidak tahu, Ibu. Tiba-tiba saya merasa sangat haus. Tenggorokanku seperti terbakar, "kata Dang Gedunai. Ibunya kemudian memberinya segelas air. Ini tidak cukup. Dia minum segelas, lalu gelas lain sampai tidak ada air yang tersisa di rumah. Ibunya menyuruhnya pergi kolam. Dang Gedunai minum semua air sampai kolam dikeringkan. Tapi itu tidak cukup. Kemudian mereka pergi ke sungai.

Sekali lagi itu tidak cukup. Dang Gedunai tahu mimpinya akan menjadi kenyataan. Ia akan menjadi seekor naga. "Ibu, maafkan saya. Aku mengabaikan Anda. Aku makan telur. Itu adalah telur naga. Saya akan berubah menjadi naga. Aku tidak bisa hidup dengan Anda lagi. Saya akan hidup di laut. Jika Anda melihat gelombang besar di laut, itu berarti aku makan. Tetapi jika gelombang yang tenang, maka itu berarti saya sedang tidur, "kata Dang Gedunai.

Lalu Dang Gedunai meninggalkan ibunya. Dia menuju laut. Ibunya tidak bisa melakukan apapun untuk menghentikannya. Dia hanya menangis. Sampai saat ini nelayan tidak ingin pergi memancing di laut ketika gelombang besar. Mereka tahu bahwa naga itu adalah makan. Mereka hanya menunggu sampai naga itu selesai makan dan ombak yang tenang.

Si Lancang Kuning
Pemberian nama pada suatu “daerah” atau “tempat” tertentu biasanyadikaitkan dengan peristiwa atau cerita menarik yang pernah terjadi di daerahtersebut. Di Propinsi Riau, Indonesia, ada beberapa daerah yang memiliki namaberkaitan dengan perstiwa atau cerita yang pernah terjadi di daerah tersebut,misalnya cerita Legenda Batang Tuaka yang kemudian menjadi nama daerah yaituKecamatan Batang Tuaka yang masuk wilayah Kabupaten Indragiri Hilir. Namun,dalam suatu peristiwa atau cerita terkadang tidak hanya melahirkan satu namadaerah, akan tetapi bisa lebih dari itu.Konon, di daerah Kabupaten Kampar, Riau, pernah terjadi sebuah peristiwaatau cerita menarik yang melahirkan beberapa nama daerah atau tempat yang masihdikenal sampai sekarang. Daerah dan tempat yang dimaksud yaitu Lipat Kain, ibu kotaKecamatan Kampar Kiri Hulu; Sungai Ogong berada di Kecamatan Kampar Kanan; danDanau Si Lancang. Nama daerah atau tempat tersebut diambil dari salah satu ceritarakyat yang masih hidup dan berkembang di kalangan masyarakat Kampar yangdikenal dengan Si Lancang.Konon, pada zaman dahulu kala, hiduplah seorang wanita miskin dengan anaklaki-lakinya yang bernama si Lancang. Mereka berdua tinggal di sebuah gubuk reot disebuah negeri bernama Kampar. Ayah si Lancang sudah lama meninggal dunia. EmakLancang bekerja menggarap ladang orang lain, sedangkan si Lancang menggembalakanternak tetangganya.Pada suatu hari, si Lancang betul-betul mengalami puncak kejenuhan. Ia sudahbosan hidup miskin. Ia ingin bekerja dan mengumpulkan uang agar kelak menjadi orangkaya. Akhirnya ia pun meminta izin emaknya untuk pergi merantau ke negeri orang.“Emak, Lancang sudah tidak tahan lagi hidup miskin. Lancang ingin pergi merantau,Mak!” mohon si Lancang kepada emaknya. Walaupun berat hati, akhirnya emaknyamengizinkan si Lancang pergi. “Baiklah, Lancang. Kau boleh merantau, tetapi janganlupakan emakmu. Jika nanti kau sudah menjadi kaya, segeralah pulang,” jawab EmakLancang mengizinkan.

Mendengar jawaban dari emaknya, si Lancang meloncat-loncat kegirangan. Iasudah membayangkan dirinya akan menjadi orang kaya raya di kampungnya. Ia tidakakan lagi bekerja sebagai pengembala ternak yang membosankan itu. Emak Lancanghanya terpaku melihat si Lancang meloncat-loncat. Ia ia tampaknya sedih sekali akanditinggal oleh anak satu-satunya. Melihat ibunya sedih, si Lancang pun berhentimeloncat-lonta, lalu mendekati emaknya dan memeluknya. “Janganlah bersedih, Mak.Lancang tidak akan melupakan emak di sini. Jika nanti sudah kaya, Lancang pastipulang Mak,” kata si Lancang menghibur emaknya. Emaknya pun menjadi terharumendengar ucapan dan janji si Lancang, dan hatinya pun jadi tenang. Lalu si Emakberkata, “Baiklah Nak! Besok pagi-pagi sekali kamu boleh berangkat. Nanti malamMak akan membuatkan lumping dodak untuk kamu makan di dalam perjalanan nanti.”Keesokan harinya, si Lancang pergi meninggalkan kampung halamannya.Emaknya membekalinya beberapa bungkus lumping dodak makanan kesukaan siLancang.Bertahun-tahun sudah si Lancang di rantauan. Akhirnya ia pun menjadi seorangpedagang kaya. Ia memiliki berpuluh-puluh kapal dagang dan ratusan anak buah. Istri-istrinya pun cantik-cantik dan semua berasal dari keluarga kaya pula. Sementara itu,nun jauh di kampung halamannya, emak si Lancang hidup miskin seorang diri.Suatu hari si Lancang berkata kepada istri-istrinya berlayar bahwa dia akanmengajak mereka berlayar ke Andalas. Istri-istrinya pun sangat senang. “Kakanda,bolehkah kami membawa perbekalan yang banyak?” tanya salah seorang istri Lancang.“Iya…Kakanda, kami hendak berpesta pora di atas kapal,” tambah istri Lancang yanglainnya. Si Lancang pun mengambulkan permintaan istri-istrinya tersebut. “Wahaiistri-istriku! Bawalah perbekalan sesuka kalian,” jawab si Lancang. Mendengar jawaban dari si Lancang, mereka pun membawa segala macam perbekalan, mulai darimakanan hingga alat musik untuk berpesta di atas kapal. Mereka juga membawa kainsutra dan aneka perhiasan emas dan perak untuk digelar di atas kapal agar kesankemewahan dan kekayaan si Lancang semakin tampak.Sejak berangkat dari pelabuhan, seluruh penumpang kapal si Lancang berpestapora. Mereka bermain musik, bernyanyi, dan menari di sepanjang pelayaran. Hinggaakhirnya kapal si Lancang yang megah merapat di Sungai Kampar, kampung halaman siLancang. “Hai …! Kita sudah sampai …!” teriak seorang anak buah kapal

Penduduk di sekitar Sungai Kampar berdatangan melihat kapal megah siLancang. Rupanya sebagian dari mereka masih mengenal wajah si Lancang. “Wah, siLancang rupanya! Dia sudah jadi orang kaya,” kata guru mengaji si Lancang. “Megahsekali kapalnya. Syukurlah kalau dia masih ingat kampung halamannya ini,” kata temansi Lancang sewaktu kecil. Dia lalu memberitahukan kedatangan si Lancang kepadaemak si Lancang yang sedang terbaring sakit di gubuknya.Betapa senangnya hati emak si Lancang saat mendengar kabar anaknya datang.“Oh, akhirnya pulang juga si Lancang,” seru emaknya dengan gembira. Denganperasaan terharu, dia bergegas bangkit dari tidurnya, tak peduli meski sedang sakit.Dengan pakaian yang sudah compang-camping, dia berjalan tertatih-tatih untukmenyambut anak satu-satunya di pelabuhan.Sesampainya di pelabuhan, emak si Lancang hampir tidak percaya melihatkemegahan kapal si Lancang anaknya. Dia tidak sabar lagi ingin berjumpa dengan anaksatu-satunya itu. Dengan memberanikan diri, dia mencoba naik ke geladak kapalmewahnya si Lancang. Saat hendak melangkah naik ke geladak kapal, tiba-tiba anakbuah si Lancang menghalanginya. “Hai perempuan jelek! Jangan naik ke kapal ini. Pergidari sini!” usir seorang anak buah kapal si Lancang. “Tapi …, aku adalah emak siLancang,” jelas perempuan tua itu.Mendengar kegaduhan di atas geladak, tiba-tiba si Lancang yang diiringi olehistri-istrinya tiba-tiba muncul dan berkata, “Bohong! Dia bukan emakku. Usir dia darikapalku,” teriak si Lancang yang berdiri di samping istri-istrinya. Rupanya ia malu jikaistri-istrinya mengetahui bahwa wanita tua dan miskin itu adalah emaknya.“Oh, Lancang …, Anakku! Emak sangat merindukanmu, Nak …,” rintih emak siLancang. Mendengar rintihan wanita tua renta itu, dengan congkaknya si Lancangmenepis, lalu berkata, “manalah mungkin aku mempunyai emak tua dan miskin sepertikamu.” Kemudian si Lancang berteriak, “Kelasi! Usir perempuan gila itu dari kapalku!”Anak buah si Lancang mengusir emak si Lancang dengan kasar. Dia didorong hinggaterjerembab. Kasihan sekali Emak Lancang. Sudah tua, sakit-sakitan pula. Sungguhmalang nasibnya. Hatinya hancur lebur diusir oleh anak kandungnya sendiri. Denganhati sedih, wanita tua itu pulang ke gubuknya. Di sepanjang jalan dia menangis. Diatidak menyangka anaknya akan tega berbuat seperti itu kepadanya.Sesampainya di rumah, wanita malang itu mengambil lesung dan nyiru pusaka.Dia memutar-mutar lesung itu dan mengipasinya dengan nyiru sambil berdoa, “Ya,Tuhanku. Si Lancang telah kulahirkan dan kubesarkan dengan air susuku. Namunsetelah kaya, dia tidak mau mengakui diriku sebagai emaknya. Ya Tuhan, tunjukkanpadanya kekuasaan-Mu!”

Dalam sekejap, tiba-tiba angin topan berhembus dengan dahsyat. Petirmenggelegar menyambar kapal si Lancang. Gelombang Sungai Kampar menghantamkapal si Lancang hingga hancur berkeping-keping. Semua orang di atas kapal ituberteriak kebingungan, sementara penduduk berlarian menjauhi sungai.“Emaaak …, si Lancang anakmu pulang. Maafkan aku, Maaak!” terdengar sayup-sayup teriakan si Lancang di tengah topan dan badai. Namun, malapetaka tak dapatdielakkan lagi. Si Lancang dan seluruh istri dan anak buahnya tenggelam bersamakapal megah itu.Barang-barang yang ada di kapal si Lancang berhamburan dihempas badai. Kainsutra yang dibawa si Lancang dalam kapalnya melayang-layang. Kain itu lalu berlipatdan bertumpuk menjadi Negeri Lipat Kain yang terletak di Kampar Kiri. Sebuah gongterlempar dan jatuh di dekat gubuk emak si Lancang di Rumbio, menjadi Sungai Ogongdi Kampar Kanan. Sebuah tembikar pecah dan melayang menjadi Pasubilah yangletaknya berdekatan dengan Danau si Lancang. Di danau itulah tiang bendera kapal siLancang tegak tersisa. Bila sekali waktu tiang bendera kapal si Lancang itu tiba-tibamuncul ke permukaan danau, maka pertanda akan terjadi banjir di Sungai Kampar.Banjir itulah air mata si Lancang yang menyesali perbuatannya karena durhaka kepadaemaknya.Sejak peritiwa itu, masyarakat Kampar meyakini bahwa meluapnya sungaiKampar bukan saja disebabkan oleh tingginya curah hujan di daerah ini, tetapi jugadisebabkan oleh munculnya tiang kapal si Lancang di Danau Lancang. KabupatenKampar yang masuk dalam wilayah Propinsi Riau ini, sangat rawan dengan banjir.Hampir setiap tahun Sungai Kampar meluap, sehingga menyebabkan banjir besar yangbisa merendam pemukiman penduduk di sekitarnya.

0 Response to "Folklore Lisan Daerah Provinsi Riau (Aditya Pramudito) part 2"

Posting Komentar