AYAT-AYAT AL-QUR’AN TENTANG ETOS KERJA - Setelah kemarin saya memposting Ayat-Ayat Al-qur'an tentang toleransi. Hari ini saya memposting Ayat-Ayat Al-Qur'an tentang etos kerja, yuk dibaca..
AYAT-AYAT AL-QUR’AN TENTANG ETOS KERJA |
Waktu yang terus berjalan menuntut kita untuk bergerak cepat. Itulah alasan pentingnya kita mampu menyiasati waktu dengan melakukan sesuatu yang bermanfaat untuk kehidupan pribadi dan sosial. Salah satu caranya dengan bekerja. Bekerja hendaknya diniatkan untuk beribadah kepada Allah swt. Tidak sekadar memenuhi kebutuhan ekonomi. Oleh karena itu, bekerja harus dilakukan dengan cara yang benar sehingga Allah akan membukakan pintu rejeki dari arah yang tidak disangka-sangka. Pembahasan tentang etos kerja lebih lanjut akan diuraikan pada artikel kali ini.
A. Surah Al-Mujadilah (58) ayat 11
Yang artinya :
“Wahai orang-orang yang beriman! Apabila dikatakan kepadamu, “Berilah kelapangan di dalam majelis-majelis,” maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan, “berdirilah kamu,” maka berdirilah, niscaya Allah akan mengangkat (derajat) orang-orang yang beriman diantaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat. Dan Allah mahateliti apa yang kamu kerjakan (Q.S. al-Mujadilah (58):11)
Kandungan Surah Al-Mujadilah (58) ayat 11
Asbabun nuzul ayat ini menurut para ahli tafsir adalah berkaitan dengan sikap melapangkan dalam bermajelis. Ibnu ‘Abbas memberi penjelasan tentan sebab turunnya ayat ini. Menurutnya, turunnya ayat ini bertepatan ketika Rasulullah saw. Dan para sahabat sedang berada dalam majelis kemudian datang sabit bin Qais. Oleh karena pendengaran sabit sudah agak terganggu, ia memilih masuk dalam majelis dan mendekati Rasulullah saw. Di antara para sahabat ada yang secara sukarela memberikan kesempatan, tetapi ada juga yang menolak.
Al-Razi memberikan penjelasan yang menarik tentang turunnya ayat ini. Ar-Razi menjelaskan dua hal tentang ayat ini. Pertama, jika kita disuruh berdiri unntuk memberikan kesempatan kepada orang lain yang lebih patut untuk menduduki, segeralah untuk memberikannnya. Kedua, jika disuruh berdiri karena memang telah lama duduk, sebaiknya memberikan kesempatan kepada orang lain agar mereka juga dapat merasakan yang sama.
Berdasarkan keterangan para ahli diatas, seluruhnya menjelaskan tentang cara bermajelis, yaitu dengan memberikan tempat kepada orang lain. Akan tetapi, ayat ini secara luas juga mengandung pesan yang dapat dipetik tentang cara bekerja, sebagai sarana penting dalam menjalani hidup di dunia ini.
a. Dalam bekerja hendaknya membuat perencanaan tertentu
Ketika Rasulullah sedang menyampaikan pesan-pesan hikmah di depan para sahabat tampak majelis tersebut sangat padat. Oleh karena itu, Rasulullah segera membenahi cara duduk para sahabat sehingga jika ada orang yang mau lewat atau ingin mendekati beliau karena kondisi-kondisi tertentu tidak kesulitan.
Demikian juga dalam bekerja membuat perencanaa tertentu dengan matang untuk diterapkan, sangat penting. Dalam bekerja, khususnya jika dilakukan bersama orang lain, membutuhkan manajemen tertentu untuk mencapai target pekerjaan dengan sukses.
Oleh karena setiap pribadi memiliki karakter, keahlian, dan potensi diri yang berlainan perlu dibuat aturan-aturan tertentu sehingga masing-masing dapat menyelesaikan tugasnya dengan baik. Termasuk dalam perencanaan adalah melakukan antisipasi-antisipasi tertentu terhadap sesuatu atau kondisi yang tidak umum terjadi.
b. Memberikan kesempatan kepada orang lain
Rasulullah menyuruh para sahabat yang telah lama duduk untuk bergantian berdiri dengan memberikan kesempatan kepada sahabat lain, yaitu Sabit bin Qais si ahli badar. Kasus ini memberi pesan bahwa jika disuruh berdiri karena memang telah lama duduk, sebaiknya memberikan kesempatan kepada orang lain agar mereka juga dapat merasakan yang sama.
Jika dikaitkan tentang etos kerja, memberi contoh dalam upaya memberikan kesempatan kepada orang lain Telah menjadi tabiat manusia, kita cenderung mengurusi dirinya sendiri dan bersikap masa bodoh kepada orang lain. Sebagai contoh dalam bidang pekerjaan kita cenderung menutup kesempatan orang lain untuk mendapatkan kedudukan dan keempatan kerja seperti yang kita raih. Kita merasa khawatir jika memberikan kesempatan kepada mereka, rejeki kita menjadi berkurang. Padahal, Rasulullah memerintahkan untuk bersikap lapang dan bersedia membantu kepada sesama.
Rasulullah saw pernah bersabda, Allah akan senantias menolong hamba-Nya selama hamba itu masih bersedia menolong sesame muslim. (H.R Abu Daud dan Tirmizi). Demikianlah janji Allah, jika kita bersedia menolong orang lain, berarti kita akan mendapat pertolongan dari Allah swt. Sehingga tidak perlu takut kalau rejekinya menjadi berkurang. Rejeki yang kita peroleh justru semakin barokah jika kita dapat membagikan kepada orang lain. Sebalinya, betapapun mendapatkan rejeki yang banyak, hati kita tetap merasa susah jika bersikap egois dengan mementingkan urusan dirinya sediri.
Termasuk sikap memberikan kesempatan kepada orang lain adalah menyiapkan regenrasi secara baik. Dalam sebuah organisasi kepemimpinan yang baik adalah yang dapat melahirkan generasi yang berbakat. Gemerasi yang nantinya siap untuk meneruskan tampuk kepemimpinan.
c. Mematuhi aturan yang berlaku
Dalam surah al-Mujadilah (58) ayat 11 juga ditegaskan, dan apabila dikatakan, berdirilah kamu, maka berdirilah …. Kita dilarang melanggar peraturan yang telah disepakati dengan alasan-alasan tertentu yang tidak dapat dipertanggungjawabkan. Ketika para sahabat diperintah untuk menghormati para ahli Badar karena derajat keistimewaan tertentu kepada mereka, para sahabat pun patuh pada peraturan tersebut.
Dalam menjalin hubungan kerja dengan orang lain hendaknya kita mematuhi aturan yang berlaku. Melanggar aturan yang telah disepakati bersama akan merugikan orang lain dan diri sendiri. Misalnya target kerja tidak tercapai, hubungan komunikasi kurang harmonis, dna terjadi perselisihan yang tidak diinginkan.
d. Bekerja dengan berbekal iman dan ilmu
Pada penutup ayat dijelaskan “Niscaya Allah akan mengangkat (derajat) orang-orang yang beriman diantaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat. Dan Allah mahateliti apa yang kamu kerjakan.” Dari sini dapat dipahami bahwa seseorang yang memiliki iman dan ilmu akan diangkat beberapa derajat oleh Allah. Keimanan dan kepahaman merupakan modal utama untuk dapat meraih kesuksesan di dunia dan diakhirat. Dalam dunia kerja misalnya, seseorang dituntut memiliki dedikasi, menguasai skill, dan professional. Akan tetapi, itu semua masih belum sempurna tanpa dilengkapi dengan keimanan kepada Allah yang kukuh. Keimanan inilah yang akan melahirkan optimisme, kejujuran, kedisiplinan, loyalitas, dan sifat terpuji lainnya.
Oleh karena kita telah yakin bahwa Allah maha mengetahui terhadap segala sesuatu yang kita kerjakan, kita hendaknya bekerja dengan sungguh-sungguh. Motivasi dalam bekerja juga harus didasari untuk mencari rida dari Allah swr. Tidak sekadar mencari rejeki saja sehingga memiliki nilai ibadah.
Berikut ini beberapa hikmah pentingya bekerja keras sebagai berikut:
1. Menjaga kehormatan diri karena dengan bekerja keras berarti kita terlepas dari ketergantungan pada orang lain.
2. Bekerja merupakan sarana utama untuk memenuhi kebutuhan pribadi dan keluarga
3. Bekerja merupakan sarana ibadah yang bernilai pahala jika dilakukan dengan ikhlas sebagai pengabdian kepada Allah.
4. Bekerja berarti akan menciptakan karakter pribadi yang tangguh dan sabar dalam setiap keadaan.
Ayat-ayat Al-Qur’an tentang etos kerja yang kedua adalah Surah Al-Jumu’ah (62) ayat 9-10
B. Surah Al-Jumu’ah (62) ayat 9-10
Artinya : Wahai orang-orang yang beriman! Apabila telah diseruuntuk melaksanakan shalat pada hari jum’at, maka segeralah kamu mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli. Yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui. Apabilah shalat telah dilaksanakan, maka bertebarlah kamu di bumi; carilah karunia Allh dan ingatlah Allah banyak-banyak agar kamu beruntung. (Q.S al-Jumu’ah (62): 9-10)
Kandungan Surah Al-Jumu’ah (62) ayat 9-10
Para Fukaha (ahli fikih) menjadikan ayat dalam surah al-Jumuah ini sebagai dalil tentang hukum melaksanakan shalat jum’at. Shalat Jum’at hukumnya adalah wajib bagi setiap muslim sehingga ketika seseorang sedang berjual beli, dianjurkan untuk meninggalkan sejenak dan segera menunaikan shalat jum’at. Jika Surah al-Jumu’ah (62) ayat 9-10 dikaitkan dengan tema etos kerja, penjelasannya sebagai berikut :
a. Perlunya keseimbangan antara urusan dunia dan Akhirat
Pada saat kita menyelesaikan pekerjaan jenis apapun yang menyangkut urusan duniawi, tetap diharuskan meninggalkannya jika mendengar panggilan azan. Perintah ini menunjukkan pentingnya menyeimbangkan urusan duniawi dan ukhrawi.
Kita dibolehkan mengejar kehidupan duniawi, tetapi tidak boleh terlena sehingga lupa pada kehidupan akhirat. Hal ini karena kerja kita telah diniatkan untuk mencari ridah Allah sehingga jika ada panggilan untuk ibadah kepada-NYa, tidak boleh enggan mengerjakan. Jika shalat telah dikerjakan, kita pun diperbolehkan untuk kembali melanjutkan aktivitas.
Ada juga pesan yang sangat popular dari Abdullah Umar r.a berbunyi :
“Bekerjaah untuk kepentingan duniamu seolah-olah kamu akan hidup selamanya dan bekerjalah untuk kepentingan akhiratmu seolah-olah kamu akan mati besok”(H.R Baihaqi)
Bekerja dengan sungguh-sungguh dan professional dalam ajaran islam sangat diutamakan. Demikia juga khusuk dalam ibadah sangat penting agar dapat membekas pada amaliah sehari-hari termasuk dalam bekerja.
b. Bekerja harus selalu ingat Allah
Dalam bekerja kita, harus mengingat Allah sehingga tidak akan terperosok untuk melakukan perbuatan yang tidak diridahi oleh-Nya. Kita diperbolehkan mencari karunia Allah sebanyak mungkin, asal dilakukan dengan cara yang benar. Dengan demikian, Allah pun akan meluaskan rejeki kepada kita dan memberikan keberuntungan yang berlipat ganda.
c. Meningkatkan Produktivitas kerja
Setelah mengerjakan Shalat jum;at, kita diperbolehkan untuk melanjutkan aktivitas kerja lainnya. Melakukan ibadah tidak berarti menghambat produktivitas kerja. Guna mendukung produktivitas kerja, ada hal-hal tertettu yang penting untuk diperhatikan.
1. Bersikap rajin, ulet dan ttidak mudah putus asa
2. Meningkatkan inovasi dan kreativitas
3. Mau belajar dari pengalaman sehingga dapat berbuat lebih baik pada masa datang
4. Memaksimalkan kemampuan diri yang ada dan selalu optimis
5. Berdo;a dan bertawakal kepada Allah
d. Tidak boleh menyerah dalam bekerja
Dalam kondisi bagaimanapun kita tidak boleh menyerah dan berputus asa. Jika kita berusaha, Allah pasti akan mencukupkan kebutuhan hidup kita. Rasulullah saw lebih bangga kepada umatnya yang bekerja keras daripada yang bermalas-malasan. Orang yang bekerja keras juga menunjukkan sikap syurkur terhadap nikmat Allah swt.
Dari zubair bin ‘awwam r.a , rasullah saw bersabda yang artinya :
Hendaklah salah seorang diantara kamu mengambil talinya kemudia ia membawa seikat kayu bakar di punggungnya dan menjualnya, maka Allah dengan hasil itu mencukupkan kebutuhan hidupnya, itu lebih baik baginya daripada ia meminta kepada orang, baik mereka memberi atau tidak memberinya (H.R Bukhari).
Dalil-dalil lain tentang etos kerja
Ada beberapa dalil lain yang menjelaskan tentang pentingnya bekerja, di antaranya ayat dengan tema sebagai berikut
1. Menyeimbangkan antara kebutuhan dunia dan akhirat
Perintah untuk menyeimbangkan kebutuhan dunia dan akhirat sebagaimmana ditegaskan dalam ayat yang berbunyi :
Artinya : Dan carilah (pahala) negeri akhirat dengan apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu, tetapi janganlah kamu lupakan bagianmu di dunia dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan jangalah kamu berbuat kerusakann di bumi. Sungguh, Allah tidak menyukai orang yang berbuat kerusakan. “ (Q.S. al-Qasas 28: 77)
2. Allah meluaskan Rejeki kepada kita
Kita harus meyakini bahwa Allah pasti akan selalu meluaskan rejeki kepada kita. Dengan demikian, kita tidak boleh bersikap pesimis dlam menjalani hidup.
Perhatikanlah ayat yang berbunyi yang artinya :
Artinya : Dan Dialah yang menundukkan lautan (untukmu), agar kamu dapat memakan daging yang segar (ikan) darinya, dan (dari lautan itu) kamu mengeluarkan perhiasan yang kamu pakai. Kamu (juga) melihat perahu berlayar padanya, dan agar kamu mencari sebagian karunia-Nya,, dan agar kamu bersyukur. (Q.S. an—Nahl (16):4)
Demikianlah Artikel Ayat-ayat Al-Qur;an tentang etos kerja, semoga bermanfaat...
Tag : AYAT-AYAT AL-QUR’AN TENTANG ETOS KERJA, AYAT-AYAT AL-QUR’AN TENTANG ETOS KERJA AYAT-AYAT AL-QUR’AN TENTANG ETOS KERJA, AYAT-AYAT AL-QUR’AN TENTANG ETOS KERJA, AYAT-AYAT AL-QUR’AN TENTANG ETOS KERJA, AYAT-AYAT AL-QUR’AN TENTANG ETOS KERJA, AYAT-AYAT AL-QUR’AN TENTANG ETOS KERJA, AYAT-AYAT AL-QUR’AN TENTANG ETOS KERJA, AYAT-AYAT AL-QUR’AN TENTANG ETOS KERJA AYAT-AYAT AL-QUR’AN TENTANG ETOS KERJA, AYAT-AYAT AL-QUR’AN TENTANG ETOS KERJA, AYAT-AYAT AL-QUR’AN TENTANG ETOS KERJA, AYAT-AYAT AL-QUR’AN TENTANG ETOS KERJA, AYAT-AYAT AL-QUR’AN TENTANG ETOS KERJA AYAT-AYAT AL-QUR’AN TENTANG ETOS KERJA AYAT-AYAT AL-QUR’AN TENTANG ETOS KERJA, AYAT-AYAT AL-QUR’AN TENTANG ETOS KERJA, AYAT-AYAT AL-QUR’AN TENTANG ETOS KERJA, AYAT-AYAT AL-QUR’AN TENTANG ETOS KERJA, AYAT-AYAT AL-QUR’AN TENTANG ETOS KERJA, AYAT-AYAT AL-QUR’AN TENTANG ETOS KERJA, AYAT-AYAT AL-QUR’AN TENTANG ETOS KERJA, AYAT-AYAT AL-QUR’AN TENTANG ETOS KERJA, AYAT-AYAT AL-QUR’AN TENTANG ETOS KERJA AYAT-AYAT AL-QUR’AN TENTANG ETOS KERJA
0 Response to "AYAT-AYAT AL-QUR’AN TENTANG ETOS KERJA"
Posting Komentar