UTS TEN Sumatera Barat bagian 2

Riyani Asti Arami
4423107019


Mitos Palasik


Mitos adalah satu cerita, pendapat atau anggapan dalam sebuah kebudayaan yang di anggap mempunyai kebenaran mengenai suatu perkara yang pernah berlaku pada suatu masa dahulu, yang kebenarannya belum tentu benar adanya (Harry Lubis, 2009). Dan mitos mungkin sama tuanya dengan bahasa itu sendiri, beberapa mitos dapat bertahan karena memberikan nasehat yang sesuai dengan pengalaman sehari-hari. Namun, banyak mitos, yang meluas salah satunya adalah mitos sekitar kehamilan dan melahirkan, yang terbukti salah atau tidak efektif sesuai dengan kemajuan kedokteran dan teknologi. Berikut adalah mitos tentang palasik, palasik adalah salah satu bagian dari kekayaan mistis yang ada di Minangkabau. Diantara kisah-kisah mistis di Minangkabau seperti gasiang tangkurak, cindaku, sijundai, urang bunian dan lain lain, palasik adalah mitos dan mistis yang sangat terkenal sampai sekarang ini. Bagi orang Minang, kepercayaan pada palasik sama dengan kepercayaan Leak bagi masyarakat Bali, atau Kuyang bagi orang Kalimantan. Palasik memang sudah lama tumbuh dan berkembang di tengah-tengah masyarakat Minang, terutama yang tinggal di pelosok Desa Sumatera Barat. Konon, mereka yang menganut ilmu hitam ini biasanya akan membentuk komunitas tersendiri dalam masyarakat. Mereka dulu sangat dikucilkan oleh warga di sekitarnya. Konon, di jaman dahulu kala mereka hanya bisa menikah dengan sesama keturunan Palasik. Tapi, di zaman sekarang ini, keberadaan mereka juga sulit untuk dikenali. Meskipun seseorang mewarisi darah keturunan Palasik dari leluhur, namun bukan berarti secara otomatis mereka akan menjadi Hantu Palasik. Ada ritual yang harus dilaksanakan untuk bisa menguasai ilmu hitam yang satu ini, sehingga tidak setiap turunan Palasik menjadi Palasik seperti leluhurnya.
Dahulu bila di suatu nagari atau kampung ada seseorang yang mendadak kaya raya, tidak di pungkiri orang tersebut akan di beritakan bahwa kekayaannya karena palasik. Sekalipun orang tersebut memberikan alasan positif seperti baru saja mendapat harta karun ataupun usahanya di negeri orang meledak, tetap saja tidak ada yang percaya. Orang banyak mengatakan bahwa palasiklah yang menjadikannya kaya raya. Jika orang tersebut memperoleh harta warisan pun tidak mungkin, karena warisan di Minangkabau adalah milik bersama. Demikian juga apabila ada seorang bocah berusia di bawah tiga tahun jatuh sakit dan kulitnya terlihat mengeriput, badannya kian hari bertambah kurus, suhu badannya meninggi, matanya terus mengeluarkan kotoran, maka tidak salah lagi palasiklah yang menjadi penyebabnya. Orang Minangkabau dahulu mengenal dua macam bangsa palasik, yakni palasik bangkai dan palasik kudung.

Palasik Bangkai

Sebenarnya palasik itu manusia biasa seperti kita-kita juga, hanya saja mereka berkepribadian aneh dan mengerikan karena gemar memakan daging dan tulang orang mati yang sudah dikubur. Kata orang, jika seseorang yang berprilaku palasik bertemu dengan seorang anak berusia di bawah tiga tahun walau digendong ibunya sekalipun, bila digodanya seperti biasanya seseorang menggoda anak kecil atau sekedar di tatap saja dengan batinnya, maka sehari atau dua hari kemudian anak tersebut akan jatuh sakit. Anak itu akan mengalami demam berkepanjangan, suhu badannya meninggi, badannya menjadi kurus, kulitnya mengeriput, matanya selalu mengeluarkan kotoran. Dan sekalipun dibawa ke dokter anak tersebut tidak akan sembuh, bisa dipastikan anak itu akan meninggal dunia karena kondisinya terus melemah. Apabila anak itu meninggal, kuburannya harus terus dijaga pada malam hari sekalipun. Jika tidak, jenazah yang sudah dipendam dalam tanah itu akan dicuri oleh palasik dan bangkai hidup itu akan dibawa pulang kerumahnya. Namun sebelum disembelih terlebih dulu dimandikan di pancuran, sebagian daging sembelihan dibagikan kepada bangsanya sesama palasik. Bahkan diantarkan jauh sampai sehari perjalanan, meski hanya seiris sekalipun. Daging bangkai bagiannya digulai, sisanya dibalur dan rangka mayat itu dikeringkan. Bila sang palasik ketagihan, tulang mayat itu diasah dan disedu dengan air minumnya. Atau direndam dengan air panas, lalu diminum barulah dia menjadi segar kembali. Kata orang, palasik itu bila tidak memakan daging bangkai anak manusia dalam setahun maka badannya menjadi kurus, mukanya pucat seperti tidak bertenaga. Konon kabarnya bila sang palasik ditangkap orang ketika sedang melarikan bangkai hidup yang dicuri dari kuburan, maka orang yang menangkap tersebut menjadi kaya-raya. Berapa saja uang yang diminta akan dipenuhinya, sebab bangsa palasik amat takut jika rahasia mereka terbongkar. Bila harta sang palasik itu tidak mencukupi, ia meminta bantuan teman-temannya bangsa palasik juga. Hubungan mereka itu erat setianya, buatannya teguh, berat sama dipikul ringan sama dijinjing, suarang diberikan, sekutu belah, mendapat sama berlaba, kehilangan sama merugi, demikianlah selama-lamanya. Karena itulah palasik-palasik lain segera membantu temannya yang sedang dilanda kesulitan tersebut. Itulah sebabnya bila disebuah nagari atau desa ada seseorang yang mendadak kaya-raya, tidak dipungkiri lagi dikatakan bahwa harta yang diperolehnya itu berasal dari palasik. Tetapi sekalipun kuburan anak yang baru meninggal itu dijaga siang hingga malam, tetap saja sang palasik senantiasa berupaya mengambil mayat yang menjadi incarannya itu. Biasanya palasik beroperasi dari tengah malam hingga kokok ayam di pagi buta, tepatnya ketika orang-orang tertidur pulas.
Adapun tanda-tanda datangnya palasik ketika akan mengambil mayat incarannya adalah mulanya ditandai banyaknya agas (sejenis nyamuk) di atas kuburan tersebut kemudian dilanjutkan datangnya kumbang cirit, bila yang menjaga kubur itu mengantuk dia akan dirahap kumbang cirit tersebut dan segera tertidur pulas. Demikian pula lampu damar yang menyala di atas kuburan dilandanya hingga padam. Tidak lama setelah itu terdengar suara lolongan anjing. Benar saja, seketika muncul seekor anjing putih seolah menyeruak di kegelapan malam, barulah sesudah itu muncul sang palasik. Kata orang badannya besar sebesar gajah, daun telinga lebar selebar nyiru dan wajahnya hitam menakutkan. Palasik akan langsung mengeluarkannya mayat anak yang baru dikubur itu dengan lidi keramatnya dan segera dibawa pulang ke rumah untuk disembelih. Apabila seseorang yang diduga berprilaku palasik datang ke rumah seorang ibu yang mempunyai anak kecil, maka sebaiknya tuan rumah atau yang lainnya segera mengunyah pinang sinawal lalu disemburkan kepada tamu yang tidak diundang itu. Kalau benar orang tersebut seorang palasik, ketika itu juga jatuhlah dia terguling. Seketika saja bercucuran keringatnya dan dari mulutnya keluar air liur berbusa seperti orang diserang penyakit ayan. Namun yang umum dilakukan orang adalah membuat sebungkus obat penangkal yang diletakkan di dalam baju atau selimut anaknya agar tetap terlindungi. Adapun isi bungkusan tersebut ialah obat penyembur seperti lada kecil (mericahitam), dasun (bawang putih tunggal), pinang sinawal, buah pala, cengkeh dan kunyit. Dengan demikian palasik tidak akan berani mendekat, apalagi mengusik anak yang telah diberi penangkal tersebut.


Palasik Kudung

Berbeda dengan palasik bangkai, palasik kudung yang juga disebut panangga (penanggal), mempunyai kepintaran menanggalkan kepalanya sendiri dari batang tubuhnya. Kepala yang melepas itulah yang menggelinding kian kemari mencari mangsa. Sedangkan tubuh dan kedua tangannya ditinggalkan di rumah. Ada pula dikatakan orang, palasik kudung itu dapat melepaskan kepala berikut sebelah tangannya. Dengan tangan yang melepas itulah, ia mengayuh cepat menyeret kepala yang tanggal itu menuju sasaran. Bila telah terpenuhi keinginannya, maka pulanglah dia ke rumah dan bertaut kembali dengan batang tubuh yang ditinggalkan tadi. Apabila di kampung itu ada orang meninggal dunia, entah itu seorang bayi ataupun dewasa maka palasik kudung akan mendatangi rumahnya dan dengan cepat dia melesat kekolong rumah orang mati tersebut. Air bekas memandikan mayat yang dibuang ke kolong rumah, dijilatnya dengan rakus, sementara itu matanya melirik ke kiri dan ke kanan, takut ketahuan orang lain. Apabila ketahuan, palasik akan lari. Walau dikejar dengan anjing sekalipun, tidak mungkin terkejar karena kencang larinya. Dibacok dengan golok atau kelewang pun tidak akan mempan, karena dia kebal. Palasik kudung ini tidak seperti palasik bangkai yang mampu mencabut mayat dari dalam kubur. Walau demikian, dimalam hari palasik kudung ini juga datang ke kuburan.
Dalam pergaulan sehari-hari mustahil dapat dibedakan mana yang palasik dan mana pula yang bukan, sebab mereka turunan yang jelas asal usulnya dan bukan berasal dari bangsa budak. Dalam jamuan yang terkembang, mereka dapat duduk bersama orang biasanya dan juga bisa ikut makan sejambar (makan bersama satu talam atau piring besar) dengan orang lain yang tidak berperangai palasik. Kalau dia seorang penghulu, duduk sama rendah dan tegak sama tinggi dengan penghulu lain dinagarinya. Hanya saja yang dikhawatirkan orang, ialah kalau-kalau terambil menjadi urang sumando (menantu laki-laki). Bila hal semacam itu terjadi, bisa celaka tiga belas. Sebab anak-cucu kaum tersebut akan berkepribadian palasik pula seperti bapaknya. Menurut kata-kata orang, ilmu palasik turun dari ayah kepada anak-anaknya. Seorang laki-laki yang palasik kawin dengan seorang perempuan biasa (tidak palasik), maka anak-anak mereka kelak akan menjadi palasik pula, tetapi ilmu palasik mereka belum keras seperti bapaknya. Mereka belum pandai mengeluarkan mayat dari dalam kubur. Ilmunya hanya sekedar menghisap semangat anak-anak saja. Umpamanya bila bertemu seorang anak, maka dihisapnya semangat anak itu dengan ilmunya. Lalu sehari atau dua hari kemudian anak itu jatuh sakit. Sebaliknya, bila seorang ibu yang berperangai palasik kawin dengan seorang lelaki yang tidak palasik, anak-anak mereka tidak palasik lagi. Ada pula cerita mengatakan, bila seorang isterinya mengetahui suaminya seorang palasik kudung, pergilah ia meminta pertolongan dukun. Oleh sang dukun diberi sekerat sagar (jarum) untuk ditancapkan pada leher batang tubuh yang ditinggalkan itu. Jadi apabila sang palasik kembali dari petualangannya dan menyatu lagi dengan tubuh yang ditinggalkannya, dia akan bertingkah seperti orang ketulangan. Kepalanya selalu digerak-gerakkan seperti orang yang kerongkongannya tertusuk tulang ikan. Demikianlah konon ceritanya, percaya atau tidak inilah kenapa disebut sebagai mitos.



Sumber :
Tjoerito Palasik
Proef van Menangkabausch dialect
Medegedeeld door J.L. van Limburg Brouwer
TBG XXI – 1875

0 Response to "UTS TEN Sumatera Barat bagian 2"

Posting Komentar