· Kesimpulan tentang eksotisme folklore etnik Kota Semarang
- Keberadaan folklore tersebut
Keberadaan folklore di zaman sekarang menurut saya spertinya kurang begitu kuat di masyarakat. Mereka terlihat melupakan begitu saja tradisi yang telah di turunkan dari zaman nenek moyang mereka, kecuali di wilayah-wilayah tertentu di Indonesia, sebut saja daerah-daerah seperti Yogyakarta, Semarang, Solo, dan beberapa daerah yang dimana pemimpinnya masih seorang pemegang adat seperti raja atau sultan. Para raja atau sultan ini akan senantiasa memperkuat keeradaa budaya yang ada di daerahnya, karena mereka merasa para pendahulu mereka terlibat dalam sejarah-sejarah terbentuknya folklore di daerah mereka maka dari itu mereka sangat menghargai adanya folklore dan meneruskannya kembali sampai zaman modern seperti ini. Mereka juga menjadikan itu sebagai peraturan adat tersendiri untuk dipatuhi oleh rakyatnya. Namun, jika folklore dilihat dari orang-orang yang biasa atau bukan seorang raja atau sultan pemimpin suatu daerah, maka mereka akan memandang folklore hanya sekedar legenda saja dan tidak ada niatan untu memperkuat apalagi mempertahankannya. Hanye segelintir orang penikmat folklore yang biasanya mereka berasal dari komunitas-komunitas pencinta sejarah dan budaya sajalah yang mencoba menggali lagi dan mengembangkan kembali apa itu folklore dan apa saja folklore di Nusantara. Kembali ke topik folklore yang saya bahas di atas, mengenai keberadaan folklore di wilayah Semarang sendiri dari folklore lisan, sebagian lisan, serta bukan lisan cukup dipertahankan dengan masih berlangsungnya beberapa upacara-upacara adat serta tradisi yang masih cukup kental di wilayah Semarang. Walaupun sekarang ini Semarang terdapat kota yang bisa dibilang cukup modern tapi rasa masyarakat untuk mempertahankan kebudayaan mereka masih cukup tinggi. Mengenai folklore lisan dari kota Semarang yang cerita nya mengenai legenda dari Gunung Ungaran sendiri sampai sekarang keberadaannya masih sangat dipercayai oleh masyarakat sekitar. Mereka masih sering mengunjungi wilayah tersebut dan masih sangat mempercayai mitologi yang ada di wilayah tersebut. Dari rasa mempercayai itulah maka akan timbul rasa yang kuat untuk mempertahankan folklore tersebut. Dan inilah yang dilakukan oleh masyarakat Semarang. Keberadaan folklore sebagian lisan seperti upacara adat dan sendratari juga masih sangat kental di Semarang. Banyak upacara-upacara adat yang masih sering dilakukan saat moment-moment tertentu. Untungnya, masyarakat Semarang sendiri merasa akan wajibnya melakukan upacara tersebut sehingga dari rasa itu juga timbul rasa yang kuat untuk mempertahankan segala budaya. Keberadaan folklore bukan lisan seperti arsitektur rumah adat dan pakaian adat mungkin agak jarang jika ditemukan di daerah kota nya, tapi jika dilihat rumah-rumah yang ada di wilayah pedesaan mungkin masih terlihat sangat tradisional sekali. Tapi satu hal yang sekarang sedang terkenal di masyarakat adalah jika dia ke suatu daerah lalu makan atau menginap di daerah tersebut penginapan atau restoran dengan arsitektur yang asli dari daerah tersebut itulah yang menjadi favorit oleh banyak wisatawan. Ketika unsur etnik dari suatu budaya juga terasa sampai ke tempat mereka beristirahat, maka mereka akan merasakan hal yang berbeda dan terlihat berkesan di wilayah yang mereka kunjungi tersebut. Kalau dari pakaian adat, masih bisa dilihat jika ada upacara pernikahan yang rata-rata dilakukan orang jawa dengan pakaian adat. Mungkin dari situlah bentuk keberadaan baju adat di masa sekarang.
- Usaha mempertahankannya
Usaha masyarakat dalam mempertahankan suatu folklore dapat dibilang sangat minim, masih sebatas mereka yang berada di wilayah tersebut, memiliki kewajiban untuk menyelenggarakan kebudayaan tersebut, serta dari situlah timbul rasa untuk mempertahankannya. Sepertinya agak sulit untuk meningkatkan kesadaran bagi masyarakat-masyarakat modern untuk ikut serta dalam usaha mempertahankan folklore. Maka dari itu gunanya pelajaran sejarah, kebudayaan, serta menyisipkan beberapa legenda di pelajaran bernarasi itu penting dimasukan kedalam kurikulum pendidikan untuk anak sekolah. Karena mereka harus tau dan harus kenal dengan folklore bangsanya sendiri. Dari masa-masa sekolah lah kita dapat membentuk masyarakat yang cinta akan folklore nusatara. Kebanyakan orang hanya menjadikoan legenda sebagai dongeng penghantar tidur padahal bagi sebagian masyarakat dongeng memiliki kekuatan moral serta magis tersendiri bagi wilayahnya. Ada banyak cerita atau dongeng di masyarakat yang berisi kearifan lokal. Selain berisi ajaran hubungan manusia dengan manusia, banyak pula yang berisi ajaran hubungan manusia dengan alam atau manusia dengan Tuhan. Cerita rakyat hanyalah salah satu contoh dari sekian banyak ragam tradisi lisan atau tuturan yang yang berkembang di masyarakat dan menjadi kekayaan budaya di negeri ini. Cara lain dalam mempertahankannya juga bisa lewat buku-buku dongeng, buku cerita bergambar, teater, pertunjukan boneka tangan, dan sebagainya, tradisi lisan bisa diwariskan kepada generasi muda dengan cara yang dinamis dan hidup. Pewarisan bukan hanya sekadar membuat cerita rakyat asli Indonesia itu eksis, melainkan juga yang terpenting adalah pewarisan nilai-nilai dan budaya dalam masyarakat yang arif untuk kelangsungan hidup bersama.
- Folklore sebagai informasi para guide
Kekayaan folklore Nusantara serta kawasan pedesaan dengan karakteristiknya yang khas menyimpan kekayaan cerita rakyat (folklor) yang akan mampu menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan. Terlebih lagi apabila kawasan yang memiliki kekuatan cerita rakyat tersebut memiliki lingkungan alam yang masih alami, pemandangan alam yang indah, berbagai macam hewan dan tumbuhan lokal, adat istiadat masyarakat pedesaan yang khas, kawasan tersebut akan dapat menyajikan pengalaman yang unik kepada wisatawan. Ciri-ciri khusus seperti tersebut di atas akan menunjang usaha untuk mendiversifikasi produk wisata yang pada gilirannya dapat mengurangi tingkat turistifikasi dan kesan placelessmess. Dengan kata lain pariwisata berbasis interpretasi folklor dapat menjadi salah satu jenis wisata minat khusus yang bisa memberikan pilihan lain bagi kegiatan wisata konvensional. Pemahaman untuk sampai kepada penghayatan dan penghargaan perlu disampaikan dengan media dan teknik yang sesuai melalui apa yang disebut interpretasi. Di dunia pariwisata interpretasi diartikan sebagai proses penjelasan terhadap wisatawan dan masyarakat pendukungnya tentang arti penting tempat, masyarakat dan obyek yang dikunjungi sehingga menjadi daya tarik dan sekaligus menumbuhkan sikap peduli terhadap pelestarian daya tarik tersebut. Interpretasi folklor yang disampaikan melalui berbagai media termasuk yang disajikan oleh pramuwisata (tourist guides) memiliki potensi untuk menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan karena interpretasi merupakan sebuah komponen dalam perjalanan wisata yang dapat memberikan pengalaman perjalanan dan kepuasan kepada wisatawan. Tujuan jangka panjang dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan kualitas sadar wisata dengan memanfaatkan interpretasi folklor lokal yang menggambarkan daerah yang mereka miliki.
0 Response to "UTS-ANDINI-SEMARANG (Part V)"
Posting Komentar