UJIAN TENGAH SEMESTER (Part2)
LIDYA NOVITA - 4423107048
(FOLKLORE LISAN)
===============================

GUNUNG ARJUNA, MALANG


Gunung Arjuna atau dalam bahasa Jawa disebut gunung Arjuno adalah gunung berapi tidak aktif bertipe Strato yang terletak di wilayah Kabupaten Malang, Jawa Timur. Gunung Arjuna memiliki ketinggian 3.339 meter. Jalur pendakian paling populer untuk menuju ke puncak gunung ini biasanya dimulai dari Lawang, Batu dan Trestes. Selain itu juga bisa didaki dari tempat lain.

Gunung Arjuno terletak di sebelah utara gunung Kawi dan tepatnya di sebelah barat kota Batu di Malang, Jawa Timur. Puncak Gunung Arjuno berdampingan dengan puncak gunung Welirang yang berada dalam satu punggung gunung yang sama.

Gunung Arjuno memiliki sumber air yang deras di lereng sebelah utara yang mengalir memutar melalui timur hingga ke selatan gunung Kawi dan berakhir di Bendungan Ir. Sutami di Karangkates, sebelah selatan Gunung Kawi. Sumber air ini merupakan salah satu debit air paling utama bagi Waduk Ir. Sutami selain air hujan yang digunakan untuk menggerakkan turbin generator listrik yang menerangi seluruh Pulau Jawa dan Bali.

Selain sebagai arena olahraga pendakian paling favorit karena memiliki ketinggian di atas 3.000 meter, gunung ini juga memiliki obyek wisata yang menarik, yaitu wisata air terjun kakek bodo yang berada di jalur pendakian menuju puncak Arjuno.

Selain air terjun kakek bodo, gunung ini juga menawarkan wisata air terjun lainnya, namun beberapa air terjun lain yang tak kalah indah tersebut jarang dikunjungi oleh para wisatawan karena terletak di medan yang berat sedangkan prasarana menuju lokasi kurang mendukung.

Gunung Arjuno memiliki kawasan hutan Dipterokarp Bukit, hutan Dipterokarp Atas, hutan Montane, dan Hutan Ericaceous atau hutan gunung dengan berbagai macam spesies liar yang hidup disana seperti Kijang, Babi Hutan, Macan Tutul dan berbagai jenis burung liar.

Para pendaki gunung Arjuno bisa mulai mendaki dari berbagai arah, misalnya dari arah Utara dimulai dari Tretes melintasi Gunung Welirang, jika dari arah Timur dimulai dari Lawang dan jika dari arah Barat dimulai dari kota Batu, sedangkan dari arah selatan dimulai dari Karangploso atau dari Desa Sumberawan di Kecamatan Singosari.

Desa Sumberawan ini merupakan desa terakhir yang biasanya dipakai tempat persiapan sebelum memulai pendakian ke puncak Arjuno. Selain itu juga bisa melalui Purwosari yang lebih mudah untuk dilewati karena hanya memerlukan waktu setengah jam saja dari jalan raya dan bisa sampai langsung sampai di Tambakwatu, tempat dimulainya pendakian menuju puncak.

Menurut cerita kepercayaan masyarakat Pulau Jawa, konon gunung Arjuno yang sangat tinggi itu awalnya rendah dan tidak terlalu tinggi. Namun ketika dipakai bertapa oleh Arjuna, gunung tersebut terus membubung tinggi ke atas sehingga puncaknya berada di atas awan. Kemudian gunung Arjuno berhenti meninggi setelah puncaknya yang digunakan sebagai tempat Arjuna duduk bertapa tersebut dipotong oleh Togog (tokoh sakti pewayangan) dan dilempar ke arah timur, dan potongan puncak Arjuna tersebut sekarang dinamai Gunung Wukir.

Arjuna adalah seorang ksatria Pendawa yang gemar bertapa, yang biasanya bertujuan untuk memperoleh kesaktian dan pusaka supaya dapat memenangkan perang Baratayudha. Berikut cerita selengkapnya dari legenda Gunung Arjuna, Malang Jawa Timur.

LEGENDA GUNUNG ARJUNA


Alkisah, dalam cerita pewayangan masyarakat Jawa, dikenal nama Pandawa, yang secara harfiah berarti “anak Pandu”. Jadi, Pandawa adalah putra dari Pandu. Sementara itu, Pandu adalah seorang raja yang bertahta di Kerajaan Hastinapura. Prabu Pandu memiliki lima putra yang semuanya laki-laki. 
Mereka adalah Yudistira, Bima, Arjuna, serta si kembar Nakula dan 
Sadewa. Mereka semua merupakan saudara seayah karena lahir dari dua ibu yang berbeda. Yudistira, Bima, dan Arjuna lahir dari permaisuri pertama Prabu Pandu yang bernama Kunti, sedangkan Nakula dan Sadewa lahir dari permaisuri kedua yang bernama Madri. 
 
Dari kelima Pandawa tersebut, Arjuna dikenal memiliki ilmu kesaktian yang tinggi dibandingkan dengan saudara-saudaranya. Nama Arjuna diambil dari bahasa Sansekerta yang berarti yang bersinar atau yang bercahaya. Ia merupakan penjelmaan dari Dewa Indra, sang Dewa Perang. Sebagai titisan Dewa Indra, Arjuna memiliki ilmu peperangan yang tinggi. Ia sangat mahir memanah dan sakti mandraguna. Semua kesaktian tersebut merupakan anugerah dari para Dewa karena ketekunannya bertapa. Namun, karena belum puas dengan kesaktian yang telah dimilikinya, Arjuna masih sering melakukan tapa untuk menambah kesaktiannya. 
 
Pada suatu hari, Arjuna pergi bertapa ke sebuah lereng gunung yang terletak di sebelah barat Batu, Malang. Suasana di lereng gunung itu sangat cocok untuk bertapa karena wilayah di sekitarnya merupakan daerah pegunungan yang berudara sejuk dan jauh dari permukiman penduduk. Itulah sebabnya, Arjuna memilih tempat itu agar dapat melaksanakan tapa dengan tenang dan khusyuk.  
 
Setiba di lereng gunung itu, Arjuna langsung duduk bersila di atas sebuah batu besar seraya memejamkan mata untuk memusatkan segenap pikirannya. Sesaat kemudian, ia pun terlarut dalam semadinya. Siang dan malam ia terus bersemadi dengan penuh khusyuk. Saking khusyuknya, tubuh putra ketiga Prabu Pandu itu memancarkan sinar yang memiliki kekuatan luar biasa. Beberapa saat kemudian, puncak gunung itu tiba-tiba terangkat ke atas. 
Semakin lama, puncak gunung itu semakin menjulang tinggi hingga menyentuh langit dan mengguncang Negeri Kahyangan. 
 
Peristiwa tersebut membuat para Dewa di Kahyangan menjadi khawatir. Jika guncangan itu terus terjadi, maka Negeri Kahyangan akan hancur. Oleh karena itu, mereka segera bertindak dengan mengutus Batara Narada ke bumi untuk mencari tahu penyebab guncangan itu. Setelah terbang berputar-putar di angkasa, ia pun melihat Arjuna sedang bertapa di lereng gunung. Ia pun segera menghampiri dan membujuk Arjuna agar menghentikan tapanya.  
 
“Wahai Arjuna, bangunlah!” ujar Batara Narada, ”Jika kamu tidak segera menghentikan tapamu, gunung ini akan semakin tinggi dan para Dewa di Kahyangan akan celaka.” 
 
Arjuna mendengar sabda Batara Narada itu, namun karena keangkuhannya ia enggan menghentikan tapanya. Ia berpikir, jika ia menghentikan tapa itu tentu para Dewa tidak akan memberinya banyak kesaktian. Sementara itu, Batara Narada yang gagal membujuk Arjuna segera kembali ke Kahyangan untuk melapor kepada para Dewa. Mengetahui hal itu, Batara Guru kemudian memerintahkan tujuh bidadari tercantik di Kahyangan untuk menggonda pemuda tampan itu agar mengakhiri tapanya.  
 
Sesampai di bumi, para bidadari segera merayu Arjuna dengan berbagai cara. Ada yang merayu dengan suara lembut, ada yang menari-nari di depannya, ada yang tertawa cekikikan, serta ada pula yang mencubit dan menggelitiknya. Namun, semua usaha tersebut tetap saja sia-sia. Akhirnya, mereka kembali ke Kahyangan dengan perasaan kecewa.  
 
Batara Guru yang mengetahui hal itu segera mengutus para dedemit untuk menakut-nakuti Arjuna. Namun, usaha yang mereka lakukan juga gagal. Berita tetang kegagalan itu segera mereka laporkan kepada Batara Guru.   
 
“Ampun, Batara Guru! Kami telah berusaha dengan berbagai cara, namun Arjuna justru semakin khusyuk dalam tapanya,” lapor salah satu dedemit. 
 
Mendengar laporan itu, Batara Guru hanya terdiam. Pemimpin para Dewa itu mulai merasa cemas dan putus asa melihat kelakuan Arjuna. Untungnya ia segera teringat kepada Dewa Ismaya yang tak lain adalah Batara Semar, pengasuh Pandawa yang tinggal di Bumi. Ia pun mengutus Batara Narada untuk menemui Semar di Bumi.  

 “Wahai, Semar! Aku datang untuk meminta bantuanmu,” kata Batara 
Narada. 
 
“Apa yang bisa saya bantu, Dewa Narada?” tanya Semar. 
 
Batara Narada pun menceritakan bahwa para Dewa di Kahyangan sedang dalam bahaya akibat perbuatan Arjuna. Ia juga menceritakan bahwa sudah berbagai cara yang telah mereka lakukan untuk menghentikan tapa Arjuna, namun semuanya sia-sia belaka. 
 
“Kamulah satu-satunya harapan para Dewa di Kahyangan yang bisa 
membujuk Arjuna agar segera mengakhiri tapanya,” ungkap Batara Narada. 
 
“Baiklah, kalau begitu. Saya akan berusaha untuk menyadarkan Arjuna,” kata Semar menyanggupi. 
 
Setelah Batara Narada kembali ke Kahyangan, Batara Semar meminta 
bantuan kepada Batara Togog untuk melaksanakan tugas tersebut. Setibanya di lereng gunung tersebut, keduanya langsung bersemadi untuk menambah kesaktian mereka. Setelah itu, mereka mengubah tubuh mereka menjadi besar dan kemudian berdiri di sisi gunung yang berbeda. Dengan kesektiannya, mereka memotong gunung itu tepat di tengah-tengahnya dan kemudian melemparkan bagian atas gunung itu ke arah tenggara. Begitu bagian atas gunung itu terjatuh ke tanah, terdengarlah suara dentuman yang sangat keras disertai dengan guncangan yang sangat dahsyat.  
 
“Hai, suara apa itu?” gumam Arjuna yang terbangun dari tapanya. 
 
Baru saja Arjuna selesai berguman, tiba-tiba Batara Semar dan Batara Togo datang menghampirinya. 
 
“Kami telah memotong dan melemparkan puncak gunung ini, Raden,” kata Batara Semar. 
 
“Kenapa, Guru? Gara-gara suara itu aku terbangun dari tapaku. Tentu para Dewa tidak akan menambah kesaktianku,” kata Arjuna.  
 
“Maaf, Den! Justru tapamu itu telah membuat para Dewa menjadi resah. Lagi pula, untuk apalagi kamu meminta banyak kesaktian? Bukankah sudah cukup dengan kesaktian yang telah kamu miliki saat ini?” ujar Batara Semar. 
 
“Benar kata Batara Semar, Den! Raden adalah seorang kesatria yang 
seharusnya memiliki sifat rendah hati. Apakah Raden tidak menyadari jika tapa Raden ini bisa mencelakakan banyak orang dan para Dewa?” imbuh Batara Togog. 
 
Mendengar nasehat tersebut, Arjuna menjadi sadar dan mengakui semua kesalahannya. Ia juga tidak lupa berterima kasih kepada Batara Semar dan Batara Togog karena telah menyadarkannya. Setelah itu, mereka pun segera meninggalkan gunung tersebut.  
 
Sejak itulah, gunung tempat Arjuna bertapa dinamakan Gunung Arjuna. Sementara itu, potongan gunung yang dilemparkan oleh Batara Semar dan Batara Togog dinamakan Gunung Wurung. Kata wurung berarti batal atau gagal. Artinya, tapa Arjuna menjadi batal atau gagal karena mendengar suara dentuman dari potongan gunung yang terjatuh.

Gunung Arjuno (atau Gunung Arjuna) terletak di Malang, Jawa Timur, bertipe Strato dengan ketinggian 3.339 m dpl.Biasanya gunung ini dicapai dari tiga titik pendakian yang cukup dikenal yaitu dari Lawang, Tretes dan Batu.
Gunung Arjun bersebelahan dengan Gunung Welirang. Puncak Gunung Arjuna terletak pada satu punggungan yang sama dengan puncak gunung Welirang.
Selain dari dua tempat diatas Gunung Arjuna dapat didaki dari berbagai arah yang lain. Gunung yang terletak di sebelah barat Batu, Malang - Jawa Timur ini juga merupakan salah satu tujuan pendakian. Disamping tingginya yang telah mencapai lebih dari 3000 meter, di gunung ini terdapat beberapa objek wisata. Salah satunya adalah objek wisata air terjun Kakek Bodo yang juga merupakan salah satu jalur pendakian menuju puncak Gunung Arjuna. Meskipun selain objek wisata air terjun Kakek Bodo terdapat pula air terjun lain, tetapi para wisatawan jarang yang mendatangi air terjun lainnya, mungkin karena letak dan sarana wisatanya kurang mendukung.
Gunung Arjuna mempunyai kawasan hutan Dipterokarp Bukit, hutan Dipterokarp Atas, hutan Montane, dan Hutan Ericaceous atau hutan gunung.

Gunung Arjuna dapat didaki dan berbagai arah, arah Utara (Tretes) melalui Gunung Welirang,dan arah Timur (Lawang) dan dari arah Barat (Batu-Selecta), dan arah selatan (Karangploso), juga dari kecamatan Singosari melalui desa Sumberawan. Desa Sumberawan adalah desa pusat kerajinan tangan di kecamatan Singosari, Malang dan merupakan desa terakhir untuk mempersiapkan diri sebelum memulai pendakian.

Sumber:
  http://belajarsitus.com/gunung-arjuno-di-malang/

0 Response to " "

Posting Komentar