LIDYA NOVITA - 4423107048
(ETNIK X MENGHADAPI ARUS GLOBALISASI)
========================================================================
DIMANA MAINAN LAMAKU ?
Dizaman yang serba komputerisasi sekarang memang sudah jarang kita temukan anak-anak yang bermain permainan traditional, teknologi sudah merajalela di kalangan masyarakat.
Dan pernahkah kita berpikir bahwa dimana semua permainan tradisional itu ? permainan yang dahulu juga pernah anda mainkan bersama teman – teman. Sebuah permainan yang pada masanya dulu mudah ditemui di berbagai tempat. Tak dapat dipungkiri lagi bahwa semua permainan tradisional tersebut kini seakan telah menjadi sejarah. Dimana kita hanya bisa menceritakan permainan tersebut kepada anak – anak kita tanpa bisa menunjukan bagaiamana cara bermain.
Sungguh ironi disaat perkembangan teknologi begitu pesat kita terlena akan kecanggihan yang disuguhkan. Dengan menjamurnya computer dan handphone, anak-anak zaman sekarang lebih tertarik dengan game online atau jaringan social. Paling-paling hanya didaerah perkampungan sajalah baru kita dapat menemukan anak-anak permainan tradisional ini. Kita lebih sering mengenalkan anak pada internet, computer, play station dan sebagainya. Permainan yang lebih menggunakan mesin canggih dalam menghibur anak – anak. Berbeda dengan permainan tradisional yang tidak perlu mengeluarkan banyak uang, melainkan bisa menggunakan yang ada di sekitar kita. Dan kita juga dapat membuat alat – alat dari permainan itu dengan mudah. Memang semua teknologi tersebut saat ini dibutuhkan anak – anak agar ia tidak ketinggalan jaman. Hadirnya permainan canggih yang menggunakan mesin seakan telah menciptakan sebuah budaya baru yaitu individualis. Dengan computer kita bisa mengerjakan anak untuk bermain game juga. Kita bisa mengenalkan kepada anak tentang beragam game yang menarik di dunia maya, mulai dari game offline hingga online yang sangat banyak beredar di internet . Hanya cukup duduk di layar computer atau laptop anak kita sudah dapat bermain ria dengan game yang ada. Tidak perlu lagi harus mengundang teman – temannya untuk ikut bermain. Dengan kecanggihan teresebut kita tidak perlu membutuh sebuah tim yang solid. Berbeda dengan permainan tradisional, dimana kita harus bermain secara tim untuk memainkan permainan tersebut. Ular naga panjangnya, cublak – cublak suweng, serta petak umpet misalnya tidak bisa hanya dimainkan seorang saja. Permainan tardisional mengajarkan sebuah kerjasama tim yang bagus. Hal inilah yang telah luntur oleh budaya barat, nilai luhur yang terkandung dalam sebuah permainan tradisional telah terasingkan.
Coba kita lihat apa yang terjadi saat ini! Hampir seluruh Anak Indonesia di daerah perkotaan mulai melupakan permainan tradisional trsebut. Coba tanya pada mereka, "permainan apa yang sering kamu mainkan?". Saya yakin mereka akan menjawab, "play station", "game online", "point blank", "counter strike", "ragnarok",. MEMPRIHATINKAN..!
Sebegitu kuatkah pengaruh teknologi yang berkembang saat ini? sehingga membuat anak Indonesia rela duduk berjam-jam d depan layar tv dan komputer? Dan menghabiskan uang jajan mereka hanya untuk menyewa beberapa jam layar komputer yang terhubung dengan internet? Sedangkan mereka tahu betapa susahnya orang tua mereka mencari uang untuk makan.
Padahal bukan tidak mungkin tingkah laku anak tersebut terkontaminasi oleh karakter yang mereka mainkan dalam game tersebut.. Dan tidak dapat dielakan pula, sikap anak tersebut menjadi apatis terhadap lingkiungan sekitar mereka. Itu hanya sebagian kecil dari dampak yang timbul akibat play station dan game online.
Pikirkan dampak yang timbul jika kita bermain gobak sodor, bentengan, tak umpet dll? adakah dampak negatif dari semua itu? Hal yang paling buruk yang kita dapatkan hanya, kita akan d marahi orang tua kita karena mereka harus bekerja ekstra untuk mencuci baju kita yang kotor akibat bermain.
Siapakah yang harus kita salahkan dan kita minta pertangungjawaban?
Pemerintah?
Orang tua?
Guru?
Pengusaha rental?
atau bahkan kita yang tidak ada sangkut pautnya akan semua ini?
Yang saat ini menjadi pertanyaan dan tanda tanya besar adalah, KEMANAKAH PERMAINAN TRADISIONAL KITA?
Saat ini mungkin banyak orang tua yang kesulitan mencari ruang terbuka untuk arena bermain bagi buah hatinya karena semakin terbatasnya lapangan di kota-kota besar. Selain itu juga dengan adanya ketakutan dari orang tua terhadap kondisi sang anak (takut anak-anak mereka terluka, kotor atau kulit anak menjadi terbakar karena bermain di lapangan terbuka ) sehingga muncul aturan / larangan dari orang tua.
Hal tersebut menjadikan banyak orang tua berupaya memberikan permainan elektronik / modern yang disukai anak. Padahal permainan ini cenderung membuat anak sulit bersosialisasi sehingga anak menjadi pemalu, penyendiri dan individualistis. Juga makin banyak anak menjadi obesitas karena kurang bergerak.
Menurut Ketua Pusat Studi Sejarah dan Ilmu Sosial (Pussis) Universitas Negeri Medan, permainan modern cenderung akan menjadikan anak individualis dan berbasis materi.
Anak setiap saat akan meminta uang untuk membeli alat permainannya. Karenanya permainan modern potensial menjadikan anak sebagai generasi yang hanya menuntut, meminta, kurang usaha, tidak inovatif dan tidak kreatif, untuk memproduksi dan mereproduksi apa yang dibutuhkannya, sehingga sudah saatnya orang tua untuk kembali mengajarkan aneka permainan anak tradisional itu kepada anaknya. Karena selain lebih mendidik, aneka permainan tradisional itu juga lebih murah biayanya. Namun bukan hanya menjadi tugas orang tua saja, pemerintah pun harus turun tangan, karena penyebab hilangnya permainan tradisional Indonesia karena sempit bahkan sudah tidak ada lagi lahan kosong dan luas untuk anak-anak bermain.
Untuk mengingatkan kembali apa saja permainan tradisional kita, berikut ini adalah beberapa permainan tradisional yang sudah mulai jarang dimainkan
Permainan Benteng
Adalah permainan yang dimainkan oleh dua grup, masing-masing terdiri dari 4 sampai dengan 8 orang. Masing-masing grup memilih satu tempat sebagai markas, biasanya sebuah tiang, batu atau pilar sebagai benteng. Tujuan utama permainan ini adalah untuk menyerang dan mengambil alih benteng lawan dengan menyentuh tiang atau pilar yang dipilih oleh lawan dan meneriakkan kata benteng.
Congklak (Dakon)
Adalah suatu permainan yang dikenal dengan berbagai macam nama diseluruh Indonesia. Biasanya dalam permainan, sejenis cangkang kerang digunakan sebagai biji congklak dan jika tidak ada kadangkala digunakan juga biji-bijian dari tumbuhan. Permainan congklak dilakukan oleh dua orang. Dalam permainan mereka menggunakan papan congklak dan 98 (14x7) buah biji yang dinamakan buah congklak. Pada papan congklak terdapat 16 lubang yang terdiri atas 14 lubang kecil dan 2 lubang besar dikedua sisinya. Pada awal permainan setiap lubng kecil diisi dengan 7 biji. Dua orang pemain berhadapan. Salah seorang yang memulai dapat memilih lubang yang akan diambil dan diletakkan satu dilubang sebelah kanannya dan seterusnya. Bila biji habis dilubang kecilyang berisi biji lainnya, ia dapat mengambil biji-biji tersebut dan melanjutkan mengisi, bila habis dilubang besar miliknya maka ia dapat melanjutkan dengan memilih lubang kecil disisinya. Bila habis dilubang dilubang kecil disisinya maka ia berhenti dan mengambil seluruh biji disisi yang berhadapan. Tetapi bila ia berhenti dilubang yang kosong disisi lawan maka ia berhenti dan tidak mendapatkan apa-apa. Permainan selesai bila sudah tidak ada biji yang dapat diambil.
Galah Asin
Galah asin ditempat lain juga disebut Gobak sodor. Permainan ini terdiri dari dua grup dimana masing-masing grup terdiri dari 3-5 orang. Inti permainannya adalah menghadang lawan agar tidak bisa lolos melewati garis kebaris terakhir secara bolak-balik, dan untuk meraih kemenangan seluruh anggota grup harus secara lengkap melakukan proses bolak-balik dalam area lapangan yang telah ditetapkan.
Gasing
Gasing adalah mainan yang bisa berputar pada poros dan berkesetimbangan pada suatu titik. Gasing merupakan mainan tertua yang ditemukan diberbagai situs arkeologi dan masih bisa dikenali. Selain merupakan mainan anak-anak dan orang dewasa, gasing juga digunakan untuk berjudi dan meramal nasib.
Layang-Layang
Permainan laying-layang, juga dikenali dengan nama wau merupakan suatu aktifitas menerbangkan laying-layang di udara. Pada musim kemarau anak-anak selalu bermain laying-layang jarena anginnya kencang.
Petak Umpet
Dimulai dengan Hompimpa untuk menentukan siapa yang menjadi kucing yang berperan sebagai pencari teman-temannya yang bersembunyi. Si kucing nantinya akan menutup mata dan berhitung sampai 25, biasanya ia menghadap tembok, pohon atau apa saja untuk supaya dia tidak melihat teman-temannya yang sedang bersembunyi. Setelah hitungan selesai, mulailah sikucing beraksi untuk menemukan teman-temannya.
Balap Karung
Balap karung adalah salah satu lomba tradisional yang popular pada hari kemerdekaan Indonesia. Sejumlah peserta diwajibkan memasukkan bagian bawah badannya kedalam karung kemudian berlomba sampai ke garis akhir.
Dor tap
Dor tap merupakan permainan yang mirip dengan petak umpet namun dimainkan oleh 2 kelompok. Kelompok yang lebih dahulu berhasil menyebut nama lawan yang bersembunyi dapat diartikan bahwa lawan tersebut terkena tembakan. Permainan berakhir jika salah satu kelompok sudah habis tertembak.
Taplak
Dapat digunakan kapur untuk menggambar arena yang akan digunakan untuk bermain. Arena berbentuk kotak-kotak, ada satu kotak dan kotak yang terbagi 2 dengan gambar setengah lingkaran pada bagian atas yang menyerupai gunung. Ada pula arena bermain yang berbentuk kotak-kotak seperti jaring-jaring kubus.
Nah itulah beberapa jenis permainan tradisional yang ada Diindonesia. Sudah sepatutnya permainan tradisional ini mulai kita kenalkan kembali kepada anak-anak, karena selain untuk melestarikan permainan tradisional juga anak-anak lebih sehat dalam bermain. Permainan tradisional akan membuat anak lebih banyak bergerak dan banyak berinteraksi yang akan membuat anak lebih sehat dan mudah bergaul.
Inilah beberapa alasan mengapa anak membutuhkan permainan terutama permainan tradisional ( Bermain Itu Asyik : Wahyu M. Gunawan ) yaitu :
1. Anak-anak dan makluk hidup pada umumnya memiliki dorongan atau hasrat untuk bergerak. Yang dimaksud dengan bergerak disini adalah melakukan aktifitas gerakan terencana yang dibutuhkan tubuh, terutama berpindah dari satu tempat ke tempat lain.
2. Anak-anak membutuhkan kesempatan bermain untuk melatih dirinya, menempatkan dirinya di dalam masyarakat, sebagai bagian dari komunitas lingkungannya. Lebih jauh lagi adalah mempersiapkan diri untuk hidup sebagai manusia yang bermasyarakat.
3. Dengan memberi kesempatan untuk bermain berarti dapat memenuhi nalurinya untuk bergaul dengan orang lain.
4. Bermain bagi anak dapat dijadikan solusi untuk mengetahui kemampuan dirinya dibandingkan dengan orang lain atau dengan kemampuan dirinya sendiri, saat ini dengan yang lalu.
5. Anak-anak cenderung memiliki fantasi tertentu. Dengan bermain ia dapat menyalurkan fantasinya, dengan menjadi atau meniru tokoh-tokoh tertentu, misalnya supermen, tokoh binatang, tokoh pangeran dan sebagainya.
6. Dengan bermain, anak-anak dapat mengukur dirinya, baik dengan mengadu kecakapannya, keberaniannya atau keberuntungannya, dengan orang lain.
Adapun manfaat yang dapat diambil dari permainan adalah:
1. Anak dapat bergaul dengan orang lain
2. Dapat bekerjasama dengan orang lain.
3. Mengesampingkan perasaan egois
4. Memupuk sportivitas.
Meskipun anak harus mengikuti perkembangan jaman namun cobalah untuk mengenalkan permaian tradisional kepada anak. Permainan tradisional merupakan suatu budaya yang harus turun temurun kita wariskan kepada penerus kita. Jangan sampai budaya tersebut hilang tergerus arus teknologi. Disaat Negara lain berlomba untuk mempertahankan budaya nya justru kita sebagai bangsa yang besar merelakan budaya kita harus terdepak oleh budaya asing. Permainan Tradisional merupakan warisan budaya yang dapat dengan mudah kita pertahankan asal ada kemauan untuk mengembangkan juga memperkenalkannya ke anak-anak sejak dini, agar mereka tau permainan apa saja yang dalam kenyataan dahulu permainan tersebut menjadi permainan favorit, namun kini telah hilang bahkan untuk mengetahui cara bermainnya saja tidak ada sarana yang dapat memperkenalkannya.
Sumber:
0 Response to " "
Posting Komentar