Oleh : Tezar Arif
Danau Tolire mempunyai luas 5 hektare dengan kedalaman 50 meter. Danau yang berada sekitar 10 kilometer dari kota utama, Ternate, ini berada di kaki Gunung Gamalama, gunung tertinggi di Maluku Utara dengan puncak tertinggi mencapai 1.715 meter di atas permukaan laut. Berada di kawasan wisata ini Anda akan melihat perpaduan pandangan Gunung Gamalama, air danau yang jernih, pandangan hijau hutan, suara burung berkicau dan senyum ramah orang Ternate. Semua membuat tempat ini bersinar dengan keindahan.
Menuju danau ini sebenarnya tidak terlalu sulit. Karena hanya ada satu jalur darat untuk bisa sampai ke kawasan Tolire. Dari pelabuhan Dufa Dufa yang sibuk, perjalanan dilanjutkan dengan kendaraan roda empat sekitar 15 menit. Kita akan melewati jalanan berkelok yang diapit perbukitan dan tubir pantai Ternate. Tepat di lereng gunung api tertinggi di Maluku Utara, Gunung Gamalama, Tolire tampak menyerupai sebuah loyang raksasa.
Warga setempat menyebutnya Tolire Besar. Asal usul nama ini karena sekitar 200 meter dari Tolire Besar terdapat danau serupa yang ukurannya lebih kecil dan disebut Tolire Kecil. Berbeda dengan Tolire besar yang berair tawar, Tolire Kecil yang hanya berjarak kurang 50 meter dari pantai berair payau. Hasan, warga setempat yang berprofesi sebagai pemandu, menuturkan Tolire Kecil berasal dari Tolire Besar.
Dalam keyakinan leluhur masyarakat Ternate, Tolire Besar dan Tolire Kecil dulu merupakan sebuah kampung yang masyarakatnya hidup sejahtera. Belakangan kampung ini dikutuk oleh penguasa alam semesta menjadi danau, karena salah seorang ayah di kampung itu menghamili anak gadisnya sendiri. Tolire Besar diyakini tempat si ayah, dan Tolire Kecil tempat si anak gadis.
Dahulu kala dilokasi tersebut merupakan sebuah desa/perkampungan. Warga desa tersebut hidup sejahtera dan mempunyai tali persaudaraan yang kuat, sehingga tidaklah aneh jika semua warga didesa tersebut saling mengenal pribadi satu sama lain. Sampai suatu ketika terjadi kejadian yang diluar dugaan.
Seorang bapak menghamili anaknya sendiri. Kejadian tersebut akhirnya diketahui masyarakat sekitar dan membuat seluruh warga marah. Mereka mengutuk sang ayah dan anak tersebut dan mengusir mereka dari desa. Karena terpaksa dan merasa malu maka ayah dan anak tersebut pergi meninggalkan desa. Ketika mereka melangkahkan kaki pergi dari desa suatu kejadian aneh terjadi.
Konon katanya seketika tempat mereka (ayah dan anak itu) berpijak terbelah akibat gempa dahsyat secara tiba-tiba. Sang penguasa murka dan menghukum ayah, anak, beserta desa tersebut menjadi dua buah danau. Satu danau besar yang kemudian disebut tolire besar (lamo) yang menggambarkan sang ayah. Satu lagi danau yang lebih kecil yang disebut tolire kecil (ici) yang mencerminkan sang anak.
Sepanjang keberadaannya danau ini menjadi lingkungan yang nyaman bagi kehidupan beragam ikan air tawar. Tapi meski kaya ikan, tak ada satu warga pun yang bernyali mencari ikan atau memancing di tempat ini hingga sekarang. Bahkan sekedar membasuh badan pun warga tak berani. Ini karena keyakinan yang terpelihara dari waktu ke waktu bahwa di danau terdapat kekuatan gaib yang berbahaya. Disebutkan juga bahwa dasar danau dihuni oleh puluhan buaya putih berukuran besar. Untuk mengamankan tempat ini, Buaya putih hanya bisa dilihat oleh orang-orang tertentu yang memiliki hati yang bersih, jadi tidak semua orang bisa melihatnya. Tapi memang ada beberapa wisatawan yang bisa melihat Buaya Putih tersebut.
Pernah suatu ketika seorang perantau dari luar negeri tidak percaya akan adanya legenda tersebut. Dia memaksa untuk berenang di danau tersebut untuk membuktikan kebenaran legenda itu walaupun sudah dilarang warga. Diapun akhirnya berenang di danau dan hilang begitu saja. Warga percaya kalau perantau itu telah dimangsa oleh buaya putih.
Kesultanan Ternate sampai sekarang menugaskan seorang penjaga atau juru kunci yang juga berperan sebagai pemandu. Selain asal muasalnya yang syarat legenda, Danau Tolire memendam pesona bercampur misteri yang tak ada habisnya. Memasuki kawasan danau, pohon nyiur di kanan-kiri jalan melambai menyapa pengunjung. Rimbunan pepohonan hijau mengantar semilir angin yang menjanjikan ketenangan. Dari tepian danau, puncak Gamalama membusung tinggi memamerkan keindahannya. Sementara di kaki sang gunung, reruntuhan puluhan benteng Portugis seperti berlomba menyembul silih berganti. Puing-puing benteng itu menumpuk tak beraturan. Terbayang bagaimana kokohnya benteng-benteng itu di zaman dulu, tapi harus porak-poranda akibat kebiadaban perang.
Tak hanya reruntuhan benteng, saat memasuki kawasan danau kita juga akan disambut deretan nisan pejuang Ternate yang gugur saat mengusir penjajah Portugis. Nisan-nisan itu terbuat dari batu pegunungan yang masih tampak terawat. Ratusan nisan dibangun mengitari bangunan makam Sultan Baabullah (1528 – 1583) yang sederhana.
Baabullah adalah penguasa Kesultanan Ternate ke-24. Dia dikenal memerintah dengan bijaksana antara 1570 – 1583. Di hati warga Maluku, namanya tercatat harum sebagai sultan Ternate dan Maluku terbesar sepanjang sejarah. Ia berhasil mengalahkan Portugis dan mengantarkan Ternate ke puncak keemasan di akhir abad ke- 16.
Tolire yang tenang sejak dulu memang membawa kisah tersendiri bagi warga setempat. Tak ada yang tahu seberapa dalam dasar danau. Tradisi lisan masyarakat Ternate menuturkan, kedalaman danau diyakini berkilo-kilo meter dan terhubung dengan lautan yang tak jauh darinya.
Legenda menarik lainnya adalah air danau yang nyaris tak beriak. Di saat musim panas, airnya begitu hijau pekat. Namun warna ini berubah total menjadi coklat saat musim penghujan tiba. Dari masa ke masa, volume air tak tampak berkurang atau bertambah.
Di hari-hari besar dan saat musim liburan, Tolire Besar menjadi pusat wisata warga Maluku dan sekitarnya. Mereka tak hanya sekedar wisata tapi juga berziarah ke makam para pejuang Ternate. Banyak pula yang datang sekadar untuk mengobati rasa penasaran. Ada juga yang datang untuk mencari peruntungan.
Tak seperti tempat wisata di ibukota dan daerah sekitarnya, berlibur ke danau Tolire tidak dipungut biaya alias gratis. Pelancong hanya perlu menyiapkan dana untuk menyewa kendaraan. Untuk kendaraan roda empat tarifnya Rp 350.000 per hari. Sedangkan ojek sepeda motor Rp 20.000 per jam.
Harta Karun
Warga Ternate dan sekitarnya meyakini banyak harta karun terpendam di dasar Tolire Besar. Ini karena dikisahkan saat Portugis menjajah daerah itu di abad 15, warga membuang perhiasan dan logam mulia mereka ke danau untuk menghindari perampasan oleh tentara Portugis. Tapi sejauh ini belum ada penyelidikan guna membuktikan kebenaran cerita rakyat tersebut. Beberapa tahun silam, seorang peneliti partikelir mencoba membuktikan dengan menggunakan sonar. Dari penyelidikan berhari-hari itu, ia mengaku berhasil mendeteksi tumpukan benda-benda di dasar danau. Diindikasikan tumpukan besar itu merupakan logam mulia.
Misteri
Danau Tolire terkenal tak hanya karena keindahan alam dan nilai sejarahnya. Tolire juga dikenal sebagai tempat mencari peruntungan. Pemandu wisata bernama Hasan, mengungkapkan sejumlah anggota Kabinet Indonesia Bersatu pada bulan-bulan tertentu berkunjung ke tempat ini. Di antara mereka, selain berwisata, datang khusus untuk menemui Juru Kunci Tolire, Pak Ali.
Referensi:
http://www.mediaindonesia.com
http://wisata.kompasiana.com
http://rensenpelawi.blogspot.com/2010/03/legenda-indonesia-buaya-putih
0 Response to "EKSOTISME MALUKU INDONESIA Part II"
Posting Komentar